ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Pakistan khawatir bahwa Amerika Serikat akan “kembali meninggalkan Islamabad” setelah menangkap pemimpin al Qaeda Osama bin Laden. Oleh karena itu negara di benua Asia tersebut enggan bekerja sama secara penuh dengan sekutu kuncinya, hal itu diungkapkan sebuah telegram diplomatik yang dirilis situs pembocor rahasia WikiLeaks.
“Tim Pakistan akan datang dan kembali berharap untuk membentuk hubungan jangka panjang dengan AS. Seperti dikatakan Wakil Presiden Biden, hubungan kedua negara telah terlalu lama bersifat transaksi. Hubungan itu juga diwarnai rasa saling tidak percaya,” demikian kata Anne W. Patterson, mantan duta besar AS untuk Pakistan seperti dikutip telegram rahasia itu.
“Pakistan bertaruh untuk bekerja sama karena khawatir AS akan kembali meninggalkan Islamabad setelah kami mendapatkan Osama bin Laden. Washington melihat keengganan ini sebagai tindakan bermuka dua yang mengharuskan kami mengambil tindakan sepihak untuk melindungi kepentingan-kepentingan AS,” tambah telegram itu.
Telegram yang diklasifikasikan sebagai dokumen “rahasia” tersebut menyatakan bahwa setelah 9/11, presiden Pakistan kala itu, Pervez Musharraf melakukan pergeseran strategi untuk meninggalkan Taliban dan mendukung AS dalam perang melawan teror, tapi masing-masing kubu sama-sama tidak yakin bahwa yang lain telah memenuhi pengharapan yang berakar dari keputusan tersebut.
“Hubungan (AS dan Pakistan) adalah salah satu hubungan saling ketergantungan yang secara enggan kami akui. Pakistan tahu bahwa AS tidak bisa pergi menjauh. Sementara AS tahu bahwa Pakistan tidak bisa selamat tanpa dukungan dari kami,” demikian disebutkan dokumen bocor tersebut.
Dalam telegram yang sama, Patterson juga menyatakan, “Saat kami berusaha mencegah serangan yang berasal dari Pakistan terhadap AS dan pasukannya, kami harus memperjelas bahwa al-Qaeda kini menginginkan lebih dari sekadar tempat berlindung di Pakistan, dan mengalahkan gerombolan al-Qaeda, Taliban, ekstremis dan penjahat lokal akan membutuhkan waktu 10 hingga 15 tahun.”
Menurut telegram itu, Presiden Pakistan Asif Ali Zardari menyimpulkannya dan menyatakan, “Para militan kini mengejar saya dan pekerjaan saya.”
“Direbutnya Swat di Provinsi Perbatasan Barat Laut (NWFP) oleh militan merupakan contoh paling nyata betapa jauh dan cepatnya pemerintah kehilangan kendali terhadap wilayahnya sendiri,” demikian dinyatakan dalam telegram itu.
“Saat pertempuran berlanjut, kami perkirakan al-Qaeda akan meningkatkan operasi penyerangan dan pertahanannya untuk melindungi kepentingannya. Mereka tidak punya tempat lain yang dituju,” tambah telegram itu.
Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani pada bulan Juli lalu mengatakan bahwa pemimpin Taliban Mullah Omar atau pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden tidak ada di Pakistan.
Gilani menambahkan, jika ada siapa pun yang memiliki informasi yang bisa dipercaya mengenai Omar dan bin Laden, maka informasi itu harus dibagi dengan Pakistan, katanya seperti dikutip tayangan berita Geo TV.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton sebelumnya dengan yakin mengatakan bahwa Osama bin Laden masih ada di Pakistan.
Clinton yakin bin Laden dan Mullah Omar ada di tanah Pakistan.
“Saya yakin (bin Laden) ada di sini, di Pakistan. Pasti akan sangat membantu jika kita bisa menangkap mereka (para pemimpin Al Qaeda).”
“Saya menginginkan mereka. Saya rasa ada orang dalam pemerintahan (Pakistan) mulai dari atas hingga pangkat terbawah, yang menyimpan informasi keberadaan bin Laden, saya juga ingin tahu (informasi itu),” tambahnya. (sm/arrahmah.com)