ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Kantor Luar Negeri Pakistan pada Kamis (31/1/2019) menolak pernyataan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bahwa negaranya menjadi tempat yang aman bagi kegiatan militan lintas-perbatasan, dan mendesaknya untuk berhati-hati saat mengeluarkan pernyataan seperti itu.
Ghani mengatakan sehari sebelumnya (30/1) bahwa “kunci-kunci perang yang ada di Islamabad, Quetta, Rawalpindi, menunjukkan bahwa Pakistan menyediakan tempat berlindung yang aman bagi Taliban dan militan lainnya untuk menikmati kegiatan lintas perbatasan.”
“Pernyataan seperti itu telah merusak proses perdamaian (Afghanistan) di masa lalu dan siapapun harus menahan diri untuk tidak mengeluarkan pernyataan semacam ini,” kata Dr. Mohammed Faisal, juru bicara Kantor Luar Negeri Pakistan, saat berbicara dalam konferensi pers, Kamis (31/1).
Faisal mengatakan bahwa hubungan antara pejabat Afghanistan dan Taliban adalah masalah internal Afghanistan dan “mudah-mudahan semua pemangku kepentingan akan dapat menyelesaikan masalah mereka secara damai.”
Namun, ketika ditanya tentang negosiasi yang sedang berlangsung antara AS dan Taliban untuk mencapai penyelesaian politik bagi konflik Afghanistan yang telah memasuki tahun ke-18, ia mengatakan, “Ini adalah masalah yang sangat sulit dan sensitif, tetapi banyak hal berkembang.”
Perwakilan khusus AS untuk rekonsiliasi Afghanistan, Zalmay Khalilzad, memberi pengarahan kepada Ghani di Kabul pada Minggu malam tentang kemajuan yang dicapai dalam perundingan damai enam hari dengan Taliban di Doha, Qatar.
Khalilzad memuji “kemajuan signifikan” dalam pembicaraan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung beberapa dasawarsa melalui penyelesaian yang dinegosiasikan.
“Pertemuan saat ini lebih produktif daripada di masa lalu … … akan membangun momentum dan melanjutkan pembicaraan segera,” ia men-tweet setelah pembicaraan.
Namun, Taliban sejauh ini telah membantah untuk memulai pembicaraan langsung dengan pemerintah Afghanistan dengan menyebutnya sebagai “boneka” Barat dan “tidak sah”, sikap yang dinilai sebagai sebuah hambatan utama dalam proses perdamaian.
Hal ini rupanya juga membuat Ghani frustasi dengan mempertanyakan legitimasi Taliban karena melakukan serangan bunuh diri dan tindakan terorisme lainnya di negara yang dilanda perang.
“Jika pemerintah Afghanistan tidak sah, jadi dari mana Taliban mendapatkan legitimasi mereka?”
“Cendekiawan Islam di Mekah dan Indonesia mengatakan bahwa serangan bunuh diri dan pembunuhan warga sipil tidak memiliki legitimasi … jadi di mana sumber legitimasi Taliban?”
Kantor Luar Negeri Pakistan, bagaimanapun, menyatakan optimisme tentang masa depan proses perdamaian dengan menyambut pengangkatan Mullah Abdul Ghani Baradar sebagai pemimpin politik Taliban di Doha.
“Ini menghasilkan hasil positif,” lanjut Faisal.
Dia menambahkan bahwa Pakistan telah memainkan perannya dengan membawa Taliban ke meja perundingan dan akan terus memfasilitasi proses perdamaian.
Meski demikian, Faisal menyatakan keprihatinan tentang meningkatnya kehadiran Daesh di wilayah Afghanistan yang berbatasan dengan Pakistan. (Althaf/arrahmah.com)