ISLAMABAD (Arrahmah.id) – Pakistan sedang melakukan negosiasi dengan Uni Emirat Arab (UEA) untuk menyerahkan manajemen operasional terminal-terminal pelabuhan di kota Karachi, sementara Islamabad terus mencari dana darurat untuk melunasi hutangnya pada Dana Moneter Internasional (IMF).
Menurut media Pakistan, pemerintah kemarin membentuk sebuah komite untuk menegosiasikan finalisasi kesepakatan untuk mengalihkan kontrol dan operasional terminal Pelabuhan Karachi kepada UEA, dalam sebuah langkah yang akan menjadi transaksi antar-pemerintah pertama di bawah undang-undang yang diberlakukan Pakistan tahun lalu untuk mengumpulkan dana darurat.
Pertemuan Komite Kabinet untuk Transaksi Komersial Antar Pemerintah, yang diketuai oleh Menteri Keuangan Pakistan, Ishaq Dar, telah memutuskan untuk membentuk komite negosiasi dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan komersial antara Karachi Port Trust (KPT) dan pemerintah Emirat, lansir MEMO (20/6/2023).
Setelah mengoperasikan terminal Karachi sejak Juni 2002 untuk jangka waktu 21 tahun, masa jabatan Pakistan International Containers Terminals (PICT) berakhir pada Sabtu lalu, membuat posisi tersebut kosong dan memberikan kesempatan kepada pemerintah Pakistan untuk mendapatkan keuntungan potensial dengan menyerahkan pelabuhan tersebut kepada Abu Dhabi Ports (ADP) -bagian dari AD Ports Group- yang memiliki atau mengoperasikan 10 pelabuhan dan terminal di UEA.
Rencana awalnya adalah agar KPT menjalankan terminal Karachi, tetapi komite kabinet dilaporkan diberitahu bahwa KPT tidak memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukannya. Kemudian diputuskan bahwa PICT harus melanjutkan operasi terminal hingga 30 Juni, di mana pada saat itu pemerintah diharapkan telah menyelesaikan kesepakatan.
Pemerintah koalisi Pakistan memberlakukan Undang-Undang Transaksi Komersial Antar Pemerintah tahun lalu dalam upaya untuk memberikan jalan yang lebih luas untuk memperoleh dana darurat di tengah krisis ekonomi yang sedang berlangsung dan semakin memburuk di negara tersebut.
Cadangan devisa Islamabad telah menipis dalam beberapa tahun terakhir, dan permasalahan semakin dalam setelah negosiasi-negosiasi untuk mencapai kesepakatan dengan IMF gagal dalam beberapa pekan terakhir, membuatnya semakin menumpuk hutang kepada kreditor-kreditor asing lainnya, seperti RRT. (haninmazaya/arrahmah.id)