ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Dalam pidatonya di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menyebut pemerintah nasionalis Hindu India sebagai sponsor kebencian dan prasangka anti-Islam, sambil mencela tindakannya untuk memperkuat kendali atas Kashmir yang mayoritas Muslim.
Berbicara di depan Majelis Umum PBB (UNGA) pada hari Jumat (25/9/2020), Khan mengatakan Islamofobia berlaku di India hari ini dan mengancam hampir 200 juta Muslim yang tinggal di sana.
“Satu-satunya negara di dunia saat ini di mana, dengan sedih saya katakan, negara yang mensponsori Islamofobia, adalah India. Alasan di balik ini adalah ideologi RSS yang sayangnya menguasai India saat ini,” kata Khan dalam rekaman pidatonya di PBB, yang diadakan secara virtual di tengah pandemi virus corona.
“Mereka percaya bahwa India eksklusif untuk umat Hindu, sementara yang lainnya bukan warga negara yang setara.”
PM Pakistan sering mengkritik keputusan pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi Agustus lalu untuk mencabut status kenegaraan Jammu dan Kashmir, membatalkan konstitusi terpisah dan menghapus perlindungan warisan atas tanah dan pekerjaan.
Tindakan keras keamanan India memicu protes, dan ahli independen yang ditunjuk PBB telah meminta pemerintah India untuk mengambil tindakan segera.
India menuduh Pakistan mempersenjatai dan melatih pemberontak yang berjuang untuk kemerdekaan Kashmir dari India. Pakistan membantah tuduhan itu dan mengatakan hanya menawarkan dukungan diplomatik dan moral kepada pemberontak.
Wilayah Kashmir terbagi antara India dan Pakistan, yang telah berperang dua kali memperebutkan wilayah itu sambil mengklaimnya secara keseluruhan.
“Tidak akan ada perdamaian dan stabilitas yang tahan lama di Asia Selatan sampai sengketa Jammu dan Kashmir diselesaikan berdasarkan legitimasi internasional,” tambah Khan, menyerukan solusi damai dan pencabutan keputusan India 5 Agustus lalu.
Penduduk Kashmir yang sangat termiliterisasi di bawah pemerintahan India mengatakan pasukan keamanan India telah menangkap ribuan pemuda, menggerebek rumah warga, melakukan pemukulan dan sengatan listrik, dan mengancam akan mengambil dan menikahi kerabat perempuan mereka.
Ribuan pengunjuk rasa selama setahun terakhir telah terluka dalam serangan senjata api, termasuk ratusan orang yang dibuat buta di satu atau kedua matanya.
Selama tujuh bulan, hingga Maret, daerah itu di bawah pemadaman komunikasi dengan media sosial, dan akses internet dilarang.
“Komunitas internasional harus menyelidiki pelanggaran berat ini dan menuntut personel sipil dan militer India yang terlibat dalam terorisme negara dan kejahatan serius terhadap kemanusiaan.”
Khan, seperti yang dilakukannya dalam pidatonya di hadapan badan dunia tahun lalu, juga mengutuk penargetan Muslim di banyak negara dan provokasi dan hasutan “atas nama kebebasan berbicara”.
“Insiden di Eropa, termasuk penerbitan ulang sketsa penghujatan oleh Charlie Hebdo, adalah contoh terbaru,” katanya.
Majalah satir Perancis Charlie Hebdo mencetak ulang karikatur Nabi Muhammad bulan ini yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2015. (Althaf/arrahmah.com)