ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Pakistan mengatakan pihaknya bersedia berdiskusi dengan pemerintah presiden AS terpilih, Donald Trump, untuk membahas pembebasan dokter Pakistan yang dipenjara karena membantu Amerika Serikat melacak Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah.
Dokter Shakil Afridi divonis 33 tahun penjara atas tuduhan pengkhianatan terhadap negara. Otoritas AS telah mengecam tindakan pemerintah Pakistan terhadap Afridi sebagai tindakan yang tidak adil dan tidak beralasan dan telah sering menuntut pembebasannya.
“Pakistan bersedia untuk mempertimbangkan bagaimana kita bisa mencari penyelesaian terkait masalah ini,” Tariq Fatemi, penasihat urusan kebijakan luar negeri perdana menteri Pakistan, mengatakan pada VOA, Jumat (16/12/2016).
“Kami tidak berpegang pada Dr. Shakil Afridi karena beberapa permusuhan pribadi,” tegasnya.
Afridi pahlawan?
Afridi dipuji sebagai pahlawan di Amerika Serikat karena membantu CIA memperoleh DNA keluarga Syaikh Usamah dengan melakukan kampanye imunisasi palsu di kota Abbottabad
Langkah ini mendukung dilakukannya serangan rahasia Mei 2011 oleh militer AS yang menewaskan pemimpin Al-Qaeda tersebut. Beberapa minggu kemudian, laporan banyak media tentang peran Afridi memicu pihak berwenang Pakistan untuk menangkapnya. Dia diadili dan dipenjarakan pada tahun 2012. Afridi telah beberapa kali mengajukan banding terkait putusan ini.
Selama kampanye pemilu, Trump menyatakan kepada Fox News bahwa jika terpilih ia akan membebaskan Afridi keluar dari penjara “dalam dua menit.”
Fatemi mengatakan kepada VOA bahwa pengampunan presiden bisa diperoleh untuk Afridi di bawah hukum Pakistan tetapi setelah proses peradilan yang menyimpulkan.
“Seluruh proses harus melalui peradilan, dan peradilan yang kemudian memutuskan apakah kasus itu sudah matang atau belum untuk dikirim ke presiden sebelum akhirnya presiden memberikan grasi,” kata Fatemi.
Dia menegaskan bahwa imunisasi palsu Afridi telah melukai rakyat Pakistan dan menimbulkan kecurigaan terhadap setiap program vaksinasi yang berlangsung di Pakistan dari Organisasi Kesehatan Dunia.
Para ahli memperkirakan masalah Afridi ini akan terus melanjutkan hubungan bilateral yang menegang meski AS disetir di bawah pemerintahan baru Trump.
Hubungan tegang
Beberapa dokumen yang masuk ke administrasi pemilu ini juga secara tidak langsung menyebut isu ini, memperingatkan bahwa proses “penguatan hubungan bersejarah” antara Amerika Serikat dan Pakistan “tidak bisa maju jika pemerintah Pakistan menghukum warga negaranya yang membantu Perang Melawan Teror.”
AS dan Pakistan adalah sekutu dalam perang melawan “terorisme”, tetapi dugaan dukungan Pakistan untuk pejuang Taliban dan jaringan Haqqani yang diperangi oleh pasukan pimpinan AS di Afghanistan membuat hubungan bilateral keduanya menegang.
Syed Mushahid Hussain, seorang senator kunci Pakistan, meyakini bahwa panggilan telepon Presiden terpilih Trump pada Perdana Menteri Nawaz Sharif bulan lalu dan usulan Sharif terkait pencalonan Jenderal James Mattis menjadi menteri pertahanan telah memperlihatkan sinyalemen hubungan masa depan yang lebih baik bagi keduanya.
Menurut pengakuan Hussain selama Mattis menjabat kepala Komando Sentral AS, yang juga mencakup Afghanistan dan Pakistan, ia sering mengunjungi Pakistan dan berinteraksi baik dengan militer dan pemimpin sipil.
“Dia mengenali Pakistan dengan baik dan dia pun mengenali dengan baik kawasan ini. Jadi, saya pikir kami sudah telah meletakkan dasar yang sangat kuat dan keterlibatan yang sangat pro-aktif antara Pakistan dan Amerika Serikat di tingkat tertinggi pemerintahan Trump.”
Menurut pembacaan pemerintah Pakistan terkait panggilan telepon 30 November antara Trump dan Sharif, presiden terpilih itu mengatakan Sharif adalah “seorang pria yang hebat” dan melakukan “pekerjaan yang menakjubkan.” Laporan itu pun mengutip Trump yang mengatakan kepada pemimpin Pakistan ia akan senang untuk mengunjungi negara yang ia sebut fantastis dan bertemu dengan orang-orang yang fantastis dan menakjubkan. (althaf/arrahmah.com)