TRIPOLI (Arrahmah.com) – Pemerintahan Libya di bawah pimpinan Gaddafi tampaknya akan dengan mudah menelikung para pemberontak melalui serangan rudal jelajah, sejumlah ahli menyatakan, dikutip AFP pada Sabtu (19/2/2011).
Upaya ini tidak perlu membuat Libya melanggar ketentuan zona larangan terbang yang sudah ditetapkan melalui Resolusi DK PBB baru-baru ini. Rudal bisa dilepaskan dari landasan pacu, tidak perlu dijatuhkan dari pesawat.
Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973 mengharuskan penggunaan semua sarana yang diperlukan untuk melindungi warga sipil, termasuk serangan udara, dan pengesahan zona larangan terbang untuk mencegah Muammar Gaddafi menyerang para penentangnya.
Sementara itu, Inggris dan Perancis memprioritaskan militernya untuk menetralisir kekuatan udara dan khususnya pertahanan udara.
“Mungkin ada sekitar 15 sasaran yang telah diidentifikasi untuk serangan udara,” kata spesialis pertahanan, Richard Labeviere. Menurut Labeviere, yang akan menjadi sasaran di antaranya adalah landasan pacu, pesawat dan helikopter, pusat komando, instalasi radar, dan kelengkapan anticraft.
Sementara Gaddafi saat ini memiliki sekitar 400 pesawat tempur, terutama MIGs Rusia, dan hanya 20 sampai 30 yang diperkirakan dapat beroperasi, kata beberapa sumber. Namun demikian, Libya memiliki pertahanan darat yang signifikan.
“Begitu mudah, mudah, dan cepat, dalam beberapa jam, tanpa kerentanan terlalu banyak, semua ini hanya bisa dihasilkan melalui serangan udara dengan rudal jelajah, yang bisa ditembakkan dari jarak yang aman dengan Rafale atau Mirage 2000 D,” kata seorang pakar militer.
Alternatif pelontar lainnya juga bisa dipilih dari rudal anti-runway Apache, dengan daya jangkau sekitar 150 kilometer (90 mil) atau rudal Scalp dengan kisaran 400 sampai 500 kilometer (250 sampai 300 mil).
Jika jarak antara penyerang dengan objek penyerangan lebih dekat, Gaddafi dan pasukannya bisa memanfaatkan bom laser atau rudal GPS yang berdaya jangkau antara 15 dan 50 kilometer.
Pengamat militer yang tidak ingin disebutkan namanya kemudian menyatakan bahwa untuk bisa melacak penggunaan rudal jelajah ini, maka diperlukan pengerahan kekuatan udara spektrum penuh, termasuk jet tempur, pesawat pengintai AWACS, C-135, dan sejenisnya.
“Mengingat kelemahan militer udara Libya, yang tidak terbang di malam hari, dan juga kekuatan pesawat tempur Liya, anda perlu benar-benar waspada dan berpatroli secara konstan sejak matahari terbit sampai terbenam di wilayah tersebut,” ungkapnya. (althaf/arrahmah.com)