GAZA (Arrahmah.id) – Pakar militer Mayor Jenderal Fayez al-Duwairi mengatakan bahwa operasi perlawanan di Jalur Gaza telah menurun karena tentara pendudukan tidak menembus banyak wilayah, sementara para pejuang ditempatkan di terowongan dan di antara reruntuhan.
Ia menambahkan bahwa perlawanan tersebut bertempur dengan kemampuan yang sangat terbatas setelah lebih dari 400 hari perang, tetapi perlawanan tersebut masih ada dan belum berakhir, mereka bertahan di tempatnya menunggu konfrontasi dari jarak nol, sebagaimana dibuktikan oleh fakta bahwa perlawanan tersebut menargetkan unit khusus yang terdiri dari 15 orang di Beit Lahia pada Ahad (10/11/2024).
Pada Senin (11/11), sumber-sumber ‘Israel’ mengumumkan tewasnya 5 tentara dalam dua insiden terpisah di Jalur Gaza, sementara Brigade Al-Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam, mengatakan bahwa para pejuangnya menargetkan tank Merkava ‘Israel’ dengan peluru tandem di wilayah Touba di tengah kamp Jabalia.
Al-Duwairi menunjukkan bahwa pasukan pendudukan tidak bisa menembus jauh ke dalam kamp Jabalia kecuali pada kesempatan yang sangat terbatas dan ke arah rumah sakit, tempat mereka “melakukan kejahatan mereka dan kemudian mundur,” seraya mencatat bahwa pendudukan beroperasi di area yang tidak melebihi 2 kilometer persegi di Beit Lahia.
Ia menunjukkan bahwa perlawanan saat ini berjuang dengan kemampuan yang tersedia, yang hampir terbatas pada peluru tandem dan Shawaaz, yang telah menyebabkan operasi menurun dari yang terjadi pada periode sebelumnya.
Mengenai intensifikasi penggerebekan di Al-Mawasi di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, Al-Duwairi mengatakan bahwa hal itu terjadi setelah ‘Israel’ tunduk pada tuntutan untuk membawa bantuan ke utara dan negara-negara Eropa mengancam akan menjatuhkan sanksi kepadanya. (zarahamala/arrahmah.id)