XINJIANG (Arrahmah.id) – Wabah baru Covid-19 di Xinjiang dan Tibet bulan ini telah mengubah dua wilayah perbatasan barat Cina itu menjadi zona-zona lockdown. Media Cina melaporkan, pihak berwenang membagi daerah yang terimbas Covid di daerah otonom itu menjadi zona berisiko tinggi, sedang, dan rendah.
Xinjiang melaporkan wabah Covid-19 pertamanya pada 31 Juli. Seminggu kemudian, Tibet mengumumkan beberapa orang telah tertular, pada 6 Agustus.
Hingga kini di Xinjiang, setidaknya terdapat 329 wilayah berisiko tinggi, 138 berisiko sedang, dan 24 wilayah berisiko rendah. Pada hari yang sama, otoritas Cina di Tibet mengumumkan bahwa ada 346 wilayah berisiko tinggi dan 223 wilayah berisiko sedang.
Menurut tabloid yang berafiliasi dengan pemerintah, Global Times, otoritas lokal di Xinjiang dan Tibet menerapkan “manajemen statis” di daerah berisiko tinggi dan menengah.
Manajemen statis mengacu pada penerapan lockdown di area yang ditetapkan berisiko. Itu sebabnya diterapkan pembatasan perjalanan orang di luar rumah.
Menurut laporan Global Times pekan lalu, subvarian strain omicron dari luar Cina menyebabkan infeksi Covid-19 di Xinjiang dan Tibet. Namun, Radio Free Asia melaporkan pekan lalu bahwa infeksi baru di Xinjiang dan Tibet dibawa oleh turis domestik Cina yang mengunjungi wilayah tersebut.
Seorang warga Uighur di Xinjiang yang meminta namanya tidak disebut karena takut akan pembalasan dari pemerintah Cina, mengatakan kepada VOA bahwa berdasar ketentuan manajemen statis, semua orang di gedung apartemen mereka dipindahkan ke lokasi yang tidak diketahui. (rafa/arrahmah.id)