JAKARTA (Arrahmah.com) – Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel mengingatkan semua pihak untuk tidak terlalu mudah mengaitkan ledakan dengan aksi terorisme karena hal itu akan memudahkan oknum tertentu untuk menyudutkan kelompok atau agama tertentu.
“Kesulitannya di sini adalah terlalu gampang menyebut teroris. Padahal otoritas keamanan di Amerika Serikat menggunakan istilah vandalisme bukan terorisme ketika terjadi ledakan di pusat kota New York,” kata Reza Indragiri Amriel terkait ledakan yang terjadi di Mal Alam Sutera, Tangerang, ketika dihubungi lewat pesan singkat dari Jakarta, Sabtu (11/7/2015), dikutip dari Antaranews.
Reza berpendapat ledakan yang terjadi bisa saja digunakan sebagai alat untuk menyudutkan Islam di mata masyarakat.
“Seolah dilakukan oleh kelompok tertentu, padahal dilakukan oleh pihak lain yang ingin memperkuat pretext (dalih) untuk memusuhi Islam,” kata Master Psikologi Forensik Unversitas Melbourne Australia itu.
Ia kemudian berpendapat jika masyarakat mudah mengartikan setiap aksi ledakan merupakan teror yang berhubungan dengan agama, maka motif pelaku untuk merusak suasana menjelang hari Idul Fitri sudah tercapai.
“Saban kali dihadapkan kata bom, asosiasi otomatis mengkaitkan dengan kata teroris. Kalau pakai kata itu maka sosok yang muncul adalah muslim. Pemahaman seperti itu untuk menciptakan kebencian,” imbuhnya.
Sebelumnya pada Kamis (9/7), sebuah ledakan terjadi di toilet Mal Alam Sutera pukul 13.20 WIB yang memecahkan kaca toilet namun tidak menimbulkan korban jiwa.
Pada kejadian itu polisi mengamankan barang bukti berupa barang dan bekas ledakan yang akan diselidiki rangkaian dan asal bahan baku bom itu. (azm/arrahmah.com)