GEORGETOWN (Arrahmah.id) – Para ahli mengungkapkan bahwa Islamofobia di AS dan Eropa telah menyebar dan memicu kebencian terhadap umat Islam di belahan dunia lain, termasuk kawasan Asia Pasifik.
“Saat ini adalah sah untuk berbicara tentang globalisasi Islamofobia,” kata John Louis Esposito, seorang profesor Urusan Internasional dan Studi Islam di Universitas Georgetown, kepada Anadolu Agency.
Esposito menunjukkan bahwa Islamofobia pertama kali menjadi isu global utama setelah revolusi 1979 di Iran dan kemudian serangan teroris 11 September 2001, menambahkan bahwa sementara Islamofobia awalnya menjadi lazim di AS, Inggris, dan Jerman, kemudian menyebar ke wilayah lain.
“Bahkan di Eropa utara di mana Anda bahkan tidak menemukan banyak Muslim,” ujarnya.
“Kini masalah Islamofobia telah menyebar, seperti yang Anda lihat di Myanmar, bekas Burma dan di Cina sehubungan dengan Uighur. Dalam kedua kasus tersebut, Anda bahkan memiliki komunitas internasional yang berbicara tentang genosida,” jelasnya lebih lanjut.
“Hal yang benar-benar mencengangkan adalah, bahkan lebih dari itu, sejauh mana (Islamofobia) telah menjadi masalah global,” tegasnya, menunjukkan bahwa sentimen anti-Muslim juga menyebar ke seluruh spektrum politik.
Di Prancis, misalnya, bukan hanya politisi sayap kanan Marine Le Pen, tetapi Presiden Emmanuel Macron juga menggunakan retorika bermusuhan terhadap Muslim selama musim kampanye pemilihan, kata Esposito, menambahkan bahwa sikap para tokoh politik ini terhadap komunitas Muslim adalah salah satu konflik budaya.
Memperhatikan bahwa Islamofobia tidak mendapat cukup protes, dia berkata: “Sangat menarik bahwa ketika Anda benar-benar mengatakan berapa banyak pemerintah Muslim telah berbicara dan besar, organisasi Muslim internasional telah berbicara. Ada keheningan di sana.”
Menurut peneliti Arsalan Iftikhar, gerakan sayap kanan di seluruh dunia belajar dari gerakan di Eropa dan Amerika.
“Gerakan sayap kanan di seluruh dunia mengambil isyarat politik mereka dari gerakan sayap kanan Eropa dan Amerika, gerakan sayap kanan global lainnya,” katanya kepada Anadolu Agency.
Iftikhar, yang menulis buku “Fear of a Muslim Planet: Global Islamophobia in the New World Order”, juga mengatakan bahwa gerakan ini mencoba meminggirkan Muslim dan minoritas lainnya di tanah mereka.
“Penting untuk memahami konteks dan isyarat yang mereka ambil dari satu sama lain,” lanjutnya, menunjuk pada contoh larangan jilbab di negara-negara Eropa yang dimulai di Prancis di bawah presiden Jacques Chirac pada tahun 2004 dan negara-negara lain yang mengadopsi kebijakan Islamofobia.
“Ada serangan terhadap umat Islam di seluruh India. Ada larangan jilbab di negara bagian selatan Karnataka, yang sekali lagi, secara harfiah mengambil contoh dari Eropa juga,” pungkasnya. (rafa/arrahmah.id)