Oleh Ma’mun Afani
Anggota Manajemen Penulis Indonesia
(Arrahmah.com) – “Sebetulnya, wajar kok kalo pacar ngajak kamu ML (Making love). Wajar juga kalo kamu ngajak pacarmu ML.” Ini merupakan salah satu penggalan di halaman 60 dari buku “Saatnya Aku Belajar Pacaran” karya Toge Aprilianto (TA). Sayangnya, kalimat tersebut bukan satu-satunya yang kontroversial, tapi masih ada yang lain. Tentu saja hal ini mengundang amarah besar masyarakat Indonesia.
Anehnya tidak banyak yang mengetahui bahwa sebenarnya buku tersebut telah beredar dari tahun 2010. Untungnya salah satu halaman buku tersebut diunggah di media sosial oleh Teeamtamzir Bugeazt sehingga menjadi perbincangan hangat dan menggerakkan semua kalangan untuk membrendelnya sekarang.
Memang patut disesali bahwa buku tersebut sudah beredar selama beberapa tahun, bahkan pdfnya bisa diunduh bebas di dunia maya tanpa batas. Oleh sebab itu diakui atau tidak, buku tersebut sudah memberikan efek negatif kepada generasi muda sekarang.
Hal ini bisa terlihat dari tulisan-tulisan di buku tersebut. Dengan gaya bahasa gaul dan segmentasi jelas (usia 14-18 tahun) buku tersebut mengajak pembacanya melakukan hubungan di luar nikah. Di bagian awal tertulis “Aku pernah ngeseks sama dia”. Kalimat ini seolah ingin mengatakan bahwa hubungan di luar nikah sudah umum terjadi. Maka kamu juga wajar untuk melakukannya.
Padahal hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dianjurkan dalam Islam. Laa taqrabu al zina(QS al-Isra’ 17:32), jangan dekati zina. Ini bentuknya kalimat perintah, bukan sebatas khabar (kabar). Uniknya, perintah tersebut bukan menyatakan “Jangan berzina!” tapi menyatakan “Jangan mendekati!” Hal ini Secara tidak langsung menyatakan kalau sudah mendekat, maka akan terjerumus ke dalamnya. Dan buku tersebut justru menyatakan bahwa ML itu wajar. Tentu saja siapapun yang membacanya akan mengelus dada.
Lanjutan dari ayat tersebut yang patut menjadi rujukan karena menjelaskan akibat dari mendekati zina, “Innahu kaana faakhisyatan wa saaat sabiilaa”, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji,dan satu jalan yang buruk. Bahkan zamakhsyari menjelaskan kata faakhisyatan dalam tafsirnya adalah sesuatu yang lebih dari sekadar buruk.
Namun di buku “Saatnya Aku Belajar Pacaran” justru tertulis, “Kalo pacarmu ngajak ML, kamu boleh aja nurutin maunya dia, kalo kamu sanggup.” Tentu saja hal ini sama saja mendekatkan remaja Indonesia ke dalam budaya kehidupan liberal yang bebas dan berujung pada free sex.
Zamakhsyari menjelaskan lebih jauh tentang ayat tersebut.Mendekati zina seperti layaknya meminjam tanpa ijin anak perempuan orang, adik perempuannya, atau kakak perempuannya, dan selanjutnya dikembalikan begitu saja. Tentu saja meminjam tanpa ijin berarti negatif. Siapapun yang memiliki anak, saudara perempuan tentu tidak mau anaknya menjadi barang pinjaman tanpa ijin, yang entah dipajang, dibuang, ditelantarkan, tidak ada yang tahu. Tiba-tiba kemudian dikembalikan.
Oleh sebab itu apa yang dijelaskan Zamakhsyari memang tepat. Faktanya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pacaran diartikan dengan teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Prakteknya adalah pergaulan laki-laki dan perempuan yang berdekat-dekatan, saling berjalan-jalan, berboncengan layaknya suami istri. Hingga kemudian bencana hubungan di luar nikah terjadi.
Dampak pergaulan bebas yang secara implisit dianjurkan dalam buku tersebut jika disadari lebih jauh justru akan menghancurkan bangsa Indonesia. Karena pergaulan bebas institusi keluarga sebagai pembentuk awal generasi akan hancur lebur. Peran orang tua akan dilemahkan karena anak lebih menginginkan kebebasan. Anak perempuan akan direndahkan karena habis kehormatan. Remaja yang awalnya sebagai harapan penerus tonggak regenerasi bangsa hanya akan menjadi penambah masalah bangsa. Remaja matang selanjutnya bukan menjadi problem solver, namun justruproblem hunter.
Faktanya pergaulan bebas yang ada di Eropa sudah mulai terasa dampaknya pada minusnya pertumbuhan penduduk. Dalam Encyclopedia Britannica, Jerman menjadi negara dengan minus pertumbuhan penduduk terbesar di tahun 2004. Di setiap 1000 penduduk terdapat 8,5 kelahiran dan 10,4 kematian. Bisa dibayangkan Jerman ke depan bisa hanya tinggal nama karena bisa jadi akan terus menyusut.
Dalam hadist dikisahkan seseorang yang meminta izin kepada Nabi Muhammad Saw. untuk berzina, “Izinkan aku berzina!”
Dengan bijaknya Rasul menjawab, “Mendekatlah!” lalu ia mendekat dan duduk di samping beliau. Rasul kemudian balik bertanya, “Apakah engkau rela jika zina itu menimpa ibumu?” Selanjutnya pemuda tersebut menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan rela dan akan mencegah hal itu terjadi.” (HR. Ahmad)
Pantas kiranya penulis buku tersebut harusnya diberikan pertanyaan, “Apa kamu rela kalo anak perempuan kamu diajak ML orang?”
(*/arrahmah.com)