Oleh: Chusnatul Jannah
(Arrahmah.com) – “Sesungguhnya Allah akan menunda siksaan bagi orang zalim. Dan apabila Allah telah menghukumnya, maka Allah tidak akan melepaskannya.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah)
Pembubaran FP1 menjadi daftar baru kezaliman penguasa hari ini. Pemerintah membubarkan ormas FP1 dan melarang seluruh kegiatan yang menggunakan atribut FP1. Tak tanggung-tanggung, SKB 6 menteri menjadi kesepakatan untuk memberangus kelompok yang mereka anggap radikal.
Kehadiran FP1 di tengah umat rupanya menjadi ancaman bagi kekuasaan hari ini. Hal ini mengingatkan penulis tentang pembubaran ormas HTI 3 tahun silam. Diumumkan secara nasional dan disebut sebagai organisasi terlarang.
Narasi “terlarang” ini seolah ingin menggiring opini agar menempatkan FP1 atau ormas yang sudah dibubarkan sebagai musuh negara. Belum lama, para simpatisan FP1 pun mendeklarasikan nama baru, yaitu Front Persatuan Islam.
Bukankah tepat bila kita sematkan bahwa rezim ini adalah rezim anti-Islam, represif, dan otoriter? Di mana anti-Islamnya? Pembubaran dua kelompok dakwah seperti HTI dan FP1 adalah buktinya. Hanya karena dua kelompok ini teguh menegakkan amar makruf nahi mungkar, penguasa kegerahan.
Di mana represif dan otoriternya? Pembubaran tanpa proses pengadilan bukankah itu otoriter? Mengkriminalisasi ulamanya hingga membuat sangkaan yang mengada-ada adalah tindakan represif. Dari ribuan kerumunan, mengapa hanya HR5 yang ditersangkakan sebagai penghasut kerumunan? Ini membuktikan hukum bicara sesuai kehendak dan kepentingan penguasa.
Usaha penguasa yang fokus mengurusi FP1 dan HR5 tidak setangguh ketika mereka bicara tentang permasalahan negeri ini. Ada utang negara yang membengkak, gurita korupsi, pandemi yang kian tak terkendali, PHK massal, kemiskinan, perceraian, kenaikan tarif BPJS, listrik, lahan hutan dikuasai taipan, penjualan aset negara, dll. Penguasa hanya vokal bila berbicara radikalisme, moderasi agama, dan pembubaran ormas. Seolah problem negara cuma itu.
Mereka diam saat pejabat dan petugas partai penguasa banyak menjadi tikus berdasi. Mereka juga diam tatkala lahan hutan negeri ini diembat para taipan dan kapitalis. Mereka membisu melihat anak negeri terbunuh tanpa keadian hukum. Mereka buta melihat kemiskinan dan pengangguran merajalela.
Mereka sangat perhatian bila ada kasus terduga teroris yang melibatkan Islam. Mereka jadi sangat peduli bila ada kasus intoleran yang menimpa umat minoritasi. Mereka juga sangat aktif mengurusi arus moderasi agama yang sejatinya mengaburkan ajaran Islam hakiki.
Mereka pura-pura tuli saat ada rakyat protes tentang UU Ciptaker. Di saat yang sama aset negara diperjualbelikan atas nama investasi. Mereka memalingkan muka manakala rakyat meminta bansos dibagikan merata. Saat itu pula dananya disunat untuk kepentingan pribadinya.
Mereka apatis bila menyangkut kesejahteraan dan kesehatan rakyat. Mereka main pukul bila rakyat aktif mengkritisi kebijakan. Membungkam perlawanan rakyat dengan hukum dan kekuasaan yang dimiliki adalah sikap otoriter. Kurang otoriter apalagi?
Kezaliman-kezaliman ini terus diproduksi di atas sistem demokrasi kapitalis yang katanya sistem terbaik. Atas nama negara mereka langgar protokol konstitusi yang mereka buat sendiri. Inilah hipokritnya demokrasi.
Meski kezaliman ini terus berlangsung, dakwah Islam harus tetap dilanjutkan. Perjuangan mengembalikan kehidupan Islam harus terus disuarakan. Sebab, legal standing dakwah diberikan Allah bagi setiap hamba. Diam melihat kemungkaran seperti setan yang bisu.
Selama Anda muslim, wajib bersuara dan melawan segala bentuk kemungkaran. Mengingkari kezaliman penguasa adalah wujud dakwah amar makruf nahi mungkar.
Diriwayatkan dari Imam Thabrani dalam kitabnya Al-Kabir, Nabi Saw.bersabda, “Barang siapa yang berjalan bersama penzalim untuk membantunya, dan tahu bahwa orang itu penzalim, maka sungguh dia telah keluar dari Islam.”
Bagi para pelaku kezaliman, ingatlah kezaliman akan menjadi kegelapan pada hari kiamat. Betapa dahsyatnya balasan Allah bagi pelaku kezaliman yang termaktub dalam surat Al Kahfi ayat 29 yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”
Tetap istiqomah beramar makruf nahi mungkar untuk saudaraku Front Persatuan Islam. Kezaliman makin pekat berarti tanda kemenangan Islam kian dekat. Rekatkan ukhuwah. Bersatu melawan kezaliman di depan mata.
(*/arrahmah.com)