TEL AVIV (Arrahmah.id) – Media “Israel” melaporkan pada Ahad (19/2/2023) bahwa pemerintah “Israel” setuju untuk mengurangi serangan militer ke kota-kota Palestina di Tepi Barat yang diduduki dengan imbalan Otoritas Palestina (PA) menarik dukungannya untuk resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan penghentian segera perluasan pemukiman ilegal “Israel” di Tepi Barat yang diduduki.
Pasukan “Israel” telah meningkatkan serangan di kota-kota Palestina di Tepi Barat yang diduduki sejak tahun lalu, menewaskan sedikitnya 48 warga Palestina sejak awal tahun.
Sebagai bagian dari dugaan kesepakatan, “Israel” juga setuju untuk tidak mengesahkan perluasan permukiman baru di Tepi Barat yang diduduki – sebuah langkah yang menurut laporan “Israel”, bahwa mereka tidak berencana untuk melakukannya sejak tentara “Israel” yang bertanggung jawab atas pembangunan permukiman baru mengadakan pertemuan setiap tiga bulan.
Menurut laporan “Israel”, mereka juga setuju untuk membekukan pengusiran warga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem selama beberapa bulan serta menyetujui beberapa langkah ekonomi untuk meningkatkan pendapatan pajak Otoritas Palestina lebih dari US$60 juta setahun.
Kesepakatan yang diduga disponsori oleh AS, yang berkomitmen untuk mengundang Presiden Palestina Mahmoud Abbas ke Washington akhir tahun ini.
Sejak pekan lalu, warga Palestina di Yerusalem telah melakukan pembangkangan terbuka sebagai bentuk protes atas kebijakan “Israel”, termasuk penangkapan, penghancuran, dan pengusiran.
Dilaporkan, PA setuju untuk menerapkan rencana keamanan AS untuk memperkuat kendali PA atas Tepi Barat yang diduduki, daerah di mana kelompok perlawanan Palestina telah menghadapi pasukan “Israel” dalam beberapa bulan terakhir.
Selain itu, PA menyetujui kecaman yang tidak mengikat atas perluasan permukiman “Israel” di PBB sambil menunda upaya untuk mencari resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk “Israel”.
Sementara itu, pasukan “Israel” kembali menyerbu utara Nablus di Tepi Barat yang diduduki pada Senin (20/2), menyebabkan puluhan warga Palestina sesak napas dengan gas air mata.
Komunitas Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan dalam siaran pers bahwa tim medisnya merawat 20 warga Palestina yang sesak napas dengan gas air mata selama dan setelah serangan “Israel” ke kota tersebut.
Akun media sosial lokal melaporkan awal serangan “Israel” sekitar pukul 1:30 pagi, sesaat sebelum melaporkan konfrontasi dengan tembakan antara pejuang Palestina dan pasukan “Israel” yang menyerbu.
Kelompok bersenjata Palestina yang bermarkas di Nablus The Lion’s Den merilis pernyataan singkat di chanel Telegram-nya pada pukul 01:59, mengumumkan bahwa para pejuangnya menyerang pasukan “Israel” dengan tembakan.
Kelompok tersebut kemudian meminta warga untuk menyemangati para pejuangnya dengan nyanyian tak lama sebelum akun media sosial lokal mulai menerbitkan rekaman Nablus di malam hari, di mana tembakan dapat terdengar bersamaan dengan sorak-sorai.
Selama penggerebekan, pasukan “Israel” melakukan pengukuran terhadap rumah warga Palestina untuk dibongkar nanti. Rumah itu milik keluarga Osama Tawil yang berusia 22 tahun, yang ditangkap pasukan “Israel” sepekan lalu dan dituduh berada di balik serangan penembakan terhadap pasukan “Israel”di utara Nablus pada Oktober tahun lalu.
Penembakan tersebut, diklaim pada saat itu oleh The Lion’s Den, menewaskan seorang tentara “Israel”. Pasukan “Israel” menanggapi dengan memblokade kota selama tiga pekan.
“Sekitar pukul 01.30, pasukan pendudukan mengepung rumah dengan puluhan tentara, lalu masuk ke dalam rumah dan memerintahkan semua anggota keluarga keluar,” kata Kahled Tawil, saudara laki-laki Osama Tawil, kepada The New Arab.
“Kami lima orang di rumah itu, termasuk dua anak dan orang tua saya, yang diteriaki dan didorong oleh tentara,” kata Tawil.
“Kami pergi ke rumah tetangga, dari mana kami mendengar pengeboran dari rumah kami, dan kami paham bahwa pasukan pendudukan sedang mempersiapkan untuk pembongkaran dan peledakan nantinya,” tambahnya. “Tentara pendudukan telah memberi tahu kami secara lisan bahwa rumah itu akan dihancurkan tetapi tidak memberi tahu kami kapan itu akan terjadi, jadi kami terkejut.”
“Kami tidak mengetahui detail apapun tentang kondisi saudara laki-laki saya Osama sejak penangkapannya sepekan lalu karena dia tidak diizinkan untuk dikunjungi pengacara,” kata Tawil.
“Penjajah hanya memberi tahu kami beberapa hari yang lalu bahwa dia dirawat karena cedera di rumah sakit “Israel” dan kondisinya stabil,” tambahnya.
Osama Tawil ditangkap sepekan lalu bersama seorang warga Palestina lainnya, dalam serangan militer “Israel” di Nablus yang oleh penduduk digambarkan sebagai salah satu yang paling kejam dalam beberapa bulan.
Selama serangan yang sama, pasukan “Israel” membunuh seorang kurir pengiriman Palestina berusia 27 tahun dan melukai tiga warga Palestina lainnya dengan peluru tajam. (zarahamala/arrahmah.id)