ALMATY (Arrahmah.id) – Kekerasan mematikan di Kazakhstan yang dimulai dengan protes damai atas harga energi dan menyebabkan pemerintah meminta bantuan dari blok militer pimpinan Rusia menewaskan 225 orang, ujar pernyataan pemerintah Kazakhstan.
“Selama keadaan darurat, 225 jenazah telah dikirim ke kamar mayat, 19 di antaranya adalah petugas penegak hukum dan personel militer,” kata Serik Shalabayev, seorang perwakilan dari jaksa negara bagian, dalam sebuah pengarahan pada Sabtu (15/1/2022), seperti dilansir Al Jazeera.
Beberapa lainnya adalah “bandit bersenjata yang berpartisipasi dalam serangan teroris”, klaim Shalabayev.
“Sayangnya, warga sipil juga menjadi korban aksi terorisme.”
Kazakhstan sebelumnya mengakui kurang dari 50 kematian, 26 “penjahat bersenjata” dan 18 petugas keamanan dalam konflik yang mengekspos pertikaian di puncak pemerintahan.
Jumlah kematian yang lebih tinggi dari 164 yang muncul di saluran Telegram resmi minggu lalu, namun dengan cepat ditarik kembali.
Asel Artakshinova, juru bicara kementerian kesehatan, mengatakan lebih dari 2.600 orang mencari perawatan di rumah sakit, dengan 67 saat ini dalam kondisi serius.
Pihak berwenang di Kazakhstan telah menyalahkan kekerasan pada bandit dan “teroris” internasional yang mereka katakan membajak protes yang melihat pusat kerusuhan bergerak dari barat ke kota terbesar di negara itu, Almaty.
Presiden Kassym-Jomart Tokayev meminta bantuan blok militer pimpinan Rusia selama kerusuhan dan mengesampingkan mantan pelindung dan pendahulunya Nursultan Nazarbayev dengan mengambil alih Dewan Keamanan Nasional.
Pasukan dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), aliansi enam negara bekas Soviet, membantu menenangkan kekerasan di negara Asia Tengah itu dan mulai mundur secara bertahap pada Kamis.
Setelah keluhan tentang pemukulan dan penyiksaan terhadap mereka yang ditahan setelahnya, Tokayev memerintahkan polisi pada Sabtu untuk menghindari pelanggaran dan mengatakan kepada jaksa untuk bersikap lunak kepada mereka yang tidak melakukan kejahatan berat.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada Sabtu bahwa semua pesawatnya yang membawa pasukan telah kembali. Tidak jelas apakah pasukan dari negara-negara CSTO lainnya tetap berada di Kazakhstan. (haninmazaya/arrahmah.id)