XINJIANG (Arrahmah.com) – Hampir 400 orang di wilayah barat laut Cina, Xinjiang, telah ditangkap dan diinterogasi dengan tuduhan menyebarkan rumor online, lapor media pemerintah Cina.
Dari 26 Juni sampai 31 Agustus, 110 orang ditahan dan 164 menerima peringatan, lapor Xinjiang Daily dikutip BBC (8/10/2013).
Para tahanan dituduh menyebarluaskan paham “ekstrimisme” dan materi yang “mengancam stabilitas”, klaim laporan tersebut.
Xinjiang merupakan rumah bagi sebagian besar Muslim Uighur yang menjadi minoritas di negara Cina.
Xinjiang Daily yang menjadi corong komite Partai Komunis lokal, mengklaim peningkatan pesat dari pengguna internet di Xinjiang telah menyaksikan peningkatan penyebaran paham “ekstrimisme” secara online.
Laporan tidak menyebutkan apakah para tahanan tersebut ada yang dibebaskan atau tidak. Para korban penahanan termasuk guru sekolah dasar di Kashgar dan petani di Hotan.
Dixat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia, sebuah organisasi payung dari kelompok Uighur mengatakan kepada BBC bahwa orang-orang ini hanya mencoba untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka dengan pemerintah Cina.
“Mereka ditangkap karena mereka menggunakan internet untuk mengekspos kebenaran tindakan kekerasan otoritas Cina di Xinjiang yang ditutup-tutupi,” ujarnya.
Penahanan itu merupakan bagian dari operasi keamanan yang terus berlanjut di Xinjiang. Menurut laporan media, sedikitnya 100 orang (kebanyakan Muslim-red) telah tewas dalam bentrokan di wilayah tersebut sepanjang tahun ini.
Muslim Uighur telah lama mengalami diskriminasi di bawah pemerintahan Beijing. Bulan lalu, presiden Xi Jinping telah bersumpah akan melanjutkan perang melawan apa yang ia sebut sebagai separatisme, terorisme dan ekstrimisme agama.
Tetapi kelompok-kelompok HAM menuduh Beijing membesar-besarkan ancaman teroris untuk membenarkan kebijakan keamanan mereka yang tangguh. (haninmazaya/arrahmah.com)