BEIJING (Arrahmah.com) – Otoritas Cina masih saja membatasi aktivitas Muslim Uighur meskipun di bulan Ramadhan. Pembatasan yang diberlakukan Cina terhadap umat Islam Uighur selama hari-hari berpuasa memicu protes dari kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Otoritas Cina di Beijing menargetkan perkumpulan-perkumpulan Muslim untuk kegiatan ibadah atas nama stabilitas dan keamanan negara.
“Dilaksanakan atas nama stabilitas dan keamanan, kampanye penindasan Beijing terhadap Muslim Uighur termasuk menargetkan perkumpulan-perkumpulan pribadi untuk studi keagamaan dan ketaatan,” ujar Dr. Katrina Lantos Swett, Komisi Internasional Kebebasan Beragama AS (USCIRF), dikutip Muslim Village pada Senin (15/7/2013) dan dilansir Onislam.
Menurut Swett, pelanggaran hukum ini bukannya menciptakan stabilitas dan keamanan tetapi lebih kepada ketidakstabilan dan ketidakamanan.
Dimulai sejak awal Ramadhan, otoritas Cina telah memberlakukan pembatasan terhadap ibadah shalat umat Islam di masjid-masjid dan menganggu ibadah puasa mereka di siang hari.
Lebih dari itu, menurut juru bicara Kongres Uighur Sedunia Dilxadi Rexiti, para pejabat pemerintah telah berulangkali masuk ke rumah-rumah Muslim Uighur untuk memberikan mereka makanan dan minuman di siang hari untuk memaksa mereka berbuka puasa Ramadhan.
Selain itu, Rexiti juga mengatakan bahwa otoritas Cina telah melarang studi keislaman, termasuk memonitor masjid-masjid di utara kota Karamay, seperti dilansir Karamay Daily.
USCIRF juga menyebutkan dalam laporan tahunannya bahwa banyak Muslim Uighur yang dipenjara karena melakukan kegiatan keislalam independen.
Laporan juga mengatakan bahwa pegawai-pegawai pemerintah, profesor dan mahasiswa Muslim juga didenda jika mereka berpuasa.
Laporan lainnya dari Asosiasi Uighur Amerika (UAA) yang berbasis di Washington pada bulan April menyebutkan bahwa seorang pemilik restoran Muslim dari Hotan mengatakan bahwa jika ada restoran yang tutup, bahkan hanya untuk perbaikan, selama bulan Ramadhan, dikenakan denda.
Musim Uighur telah lama menderita diskriminasi dan penindasan atas dasar agama dan hingga saat ini masih berjuang keras untuk mendapatkan jaminan kebebasan beragama dari pemerinth Cina. (siraaj/arrahmah.com)