SANA’A (Arrahmah.com) – Seorang menteri kabinet boneka Yaman pada Selasa (22/1/2013) mengkritik penggunaan pesawat tanpa awak AS yang mengklaim menargetkan “militan” Al Qaeda di Yaman, sebuah taktik yang membuat marah rakyat Yaman dan mendesak untuk pindah ke operasi darat untuk “menghindari” korban sipil.
Yaman, sebuah negara di Semenanjung Arab menjadi saksi meningkatnya serangan pengecut drone AS dalam beberapa pekan terakhir yang banyak menjatuhkan korban dari kalangan warga sipil.
“Untuk banyak korban orang tak bersalah, ini adalah pelanggaran besar,” ujar Menteri HAM Yaman, Hooria Mashhour kepada Reuters dalam kunjungannya ke Uni Emirat Arab.
Puluhan anggota suku turun ke jalan pada 4 Januari lalu untuk memprotes serangan pesawat tak berawak yang banyak membunuh warga sipil tak bersalah.
Amerika Serikat belum pernah berkomentar atas tindakannya menggunakan pesawat tak berawak yang banyak memakan korban dari kalangan sipil di Yaman. Penggunaan drone AS di Yaman telah terjadi selama bertahun-tahun.
Mashhour mengklaim bahwa perubahan strategi “anti-terorisme” harus dilakukan, menurutnya masih ada strategi yang lebih efektif ketimbang penggunaan drone.
“Kami berkomitmen untuk memerangi ‘terorisme’ tapi kami menyerukan untuk mengubah cara dan strategi,” ujarnya di sela-sela pertemuan di Dubai.
“Cara dan strategi ini dapat diterapkan di darat tanpa ‘merugikan’ warga sipil dan tanpa ‘menyebabkan’ pelanggaran hak asasi manusia,” klaim Mashhour yang sepertinya menutup mata dan tidak belajar dari negara lain yang pernah diduduki AS, di mana pasukan darat AS banyak membunuh, menyiksa, memperkosa warga sipil setempat saat meluncurkan operasi militer. (haninmazaya/arrahmah.com)