ALEXANDRIA (Arrahmah.com) – Pemerintah boneka Mesir menyalahkan kelompok perlawanan yang berbasis di Gaza atas pemboman di malam tahun baru di sebuah gereja yang menewaskan 24 orang Kristen Koptik Mesir di Alexandria.
Menteri Dalam Negeri, Habib al-Adly mengatakan pada Minggu (23/1/2011) bahwa “bukti meyakinkan” membuktikan Tentara Islam telah merencanakan dan melaksanakan serangan terhadap Gereja al-Kidiseen yang juga meninggalkan banyak korban luka.
Kelompok ini membantah tuduhan Mesir namun menyatakan dukunganya atas pengeboman tersebut.
Serangan tersebut merupakan tindakan paling mematikan terhadap Kristen Koptik di Mesir sejak tahun 2000.
Pemboman ini juga memicu kerusuhan dan menyalahkan pemerintah karena gagal melindungi minoritas.
Adly, yang membuat pernyataan dalam pidatonya saat memperingati Hari Polisi Mesir yang juga dihadiri oleh Presiden boneka Mesir, Hosni Mubarak, juga mengklaim bahwa kelompok itu merekrut warga Mesir untuk membantu merencanakan dan melaksanakan serangan itu.
Sedang Mubarak mengatakan sehari setelah serangan bahwa tentara asing bertanggung jawab.
Tentara Islam, berbasis di Jalur Gaza, adalah nama payung untuk sejumlah kelompok kecil yang hancur dalam beberapa tahun terakhir. Kelompok ini dilaporkan merupakan interpretasi dari Salafi Islam.
Mumtaz Doghmosh, amir Tentara Islam mengatakan bahwa Tentara Islam tidak memiliki hubungan dengan serangan itu, seperti yang dilansir Al-Jazeera. Namun kantor berita Reuters mengutip pernyataan jurubicara kelompok tersebut yang mengatakan “kami memuji mereka yang melakukannya.”
Tentara Islam tidak percaya dengan rekonsiliasi dan gencatan senjata dengan Israel, tidak seperti gerakan politik Hamas, yang menguasai Gaza sejak memenangkan pemilu pada tahun 2007.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas menyatakan keprihatinannya dengan tuduhan melawan Tentara Islam dan meyeru kepada Mesir untuk berbagi informasi sehubungan dengan sarangan.
“Hamas memimpin perlawanan melawan pendudukan Zionis di Palestina dan tidak akan pernah bergerak di luar Palestina,” ujar pernyataan tersebut.
“Mesir dan negara Aran adalah salah satu prioritas kami. Kami tidak akan menerima siapapun yang menyentuh keamanan mereka.” (haninmazaya/arrahmah.com)