Dr. H. Abdul Chair Ramadhan, S.H., M.H.
(Ahli Hukum & Pemerhati Zionisme)
(Arrahmah.id) – “Komunis tidak dapat dilepaskan dari Zionis, di dalamnya terkandung perselingkuhan yang demikian terang dan nyata. Komunis dan Zionis adalah bagian integral dari orkestra Iblis”.
Komunisme sebagai ideologi transnasional dalam sejarahnya telah membawa bencana terbesar bagi umat manusia. Keberadaannya telah begitu banyak menumpahkan darah di berbagai belahan bumi, melebihi korban Nazi Hitler saat berkecamuk Perang Dunia II.
Ideologi transnasional tersebut mencapai puncaknya melalui dua tokoh filsuf Jerman, Karl Mark dan Friedrich Engels pada abad ke-19. Keduanya adalah ateis dan memendam kebencian yang mendalam terhadap agama. Sebagaimana orang-orang materialis, Mark dan Engels memiliki pandangan serupa yakni menghapuskan keyakinan terhadap agama.
Marx pertama kali diperkenalkan ide tentang Sosialisme oleh Moses Hess. Saat berusia 23 tahun. Hess adalah salah seorang guru Marx yang paling kontemporer. Dia seorang Zionis militan, dan juga tokoh pemikir yang paling dominan dibandingkan dengan pendiri Komunis lainnya. Dalam bukunya yang terkenal “Rom und Jerusalem”, Hess menyerukan kepada Zionis untuk bergerak dari kejayaan Komunis di Eropa guna membangun ‘Ibu Kota Politik Dunia’ mereka di Palestina. Belakangan kuburannya digali secara diam-diam dari perkuburannya di Eropa dan kemudian dibawa ke Israel untuk dikuburkan kembali dengan sponsor Kabalisnya, yakni Simon Ben Yohai, Chaim Weizmann dan berbagai petinggi Zionisme lainnya.
Melalui Hess, Marx juga diperkenalkan dengan Pierre Proudhon seorang Sosialis Prancis. Proudhon adalah seorang yang menyembah Setan. Ralph Epperson – peneliti sejarah konspirasi dunia – mengungkapkan bahwa hal tersebut diketahui dari sebuah buku yang menulis tentang dirinya dan hubungannya dengan Marx. Dalam buku tersebut, Proudhon menulis bahwa Tuhan adalah prototipe ketidakadilan. Dikatakan olehnya, “Kita mendapatkan pengetahuan tanpa bantuannya, kita mendapatkan masyarakat tanpa bantuannya. Setiap langkah maju adalah kemenangan dimana kita menang terhadap Tuhan. Tuhan adalah kebodohan dan kepengecutan, Tuhan adalah kepura-puraan dan kepalsuan. Tuhan adalah tirani dan kemiskinan. Tuhan adalah kejahatan.”
Proudhon juga menyatakan bahwa Tuhan adalah jahat, karena dirinya yakin bahwa Tuhan telah menolak kemampuan manusia untuk berpikir. Pernyataan itu identik dengan ajaran Freemasonry-Illuminati yang juga menekankan pada kebebasan berpikir (free thinker). Kebebasan berfikir adalah pandangan filosofis yang menyatakan bahwa opini harus didasarkan pada logika, ilmu pengetahuan, dan akal. Pemikiran bebas tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan, tradisi, dogma, dan agama.
Menurut Epperson, Marx dan teman-temannya bukanlah ateis sebagaimana yang digambarkan oleh para Marxist tentang mereka. Terdapat bukti bahwa Marx dan koleganya itu mengikuti penyembahan Setan yang dipimpin oleh Joana Southcott seorang pendeta Setanisme yang menganggap dirinya melakukan komunikasi dengan Iblis yang bernama Shiloh. Pernyataan Marx, “agama adalah candu masyarakat” dan oleh karenanya agama diposisikan sebagai musuh menandakan dirinya sejalan dengan pendeta Setanisme tersebut, yang pada gilirannya dia termasuk golongan penyembah Setan.
Tidak hanya “Bapak Komunisme” yang menyatakan kebencian terhadap agama dan permusuhan terhadap Tuhan, Lenin “Bapak Revolusi Komunis Rusia” juga menyuarakan kebenciannya kepada Tuhan dan agama, dia menulis komentar sebagai berikut:
“Ateisme merupakan bagian integral dari Marxisme. Marxisme adalah materialisme. Kita harus memerangi agama.”
“Kita – tentu saja – mengatakan bahwa kita tidak percaya kepada Tuhan. Kita tidak percaya terhadap moralitas abadi. Yaitu moral yang menyebabkan kehancuran pada masyarakat terdahulu. Yang diperlukan hanyalah moral untuk penghapusan tatanan sosial lama yang mengeksploitasi.”
Menurut Epperson, penghapusan tatanan sosial lama yang diinginkan oleh Lenin adalah menghancurkan Tatanan Dunia Lama untuk kemudian menggantinya dengan Tatanan Dunia guna menyatukan kaum proletariat.
Nikita Khrushchev seorang diktator Rusia yang memeluk Komunisme juga mengatakan, “Jangan berpikiran bahwa para Komunis telah mengubah pemikirannya mengenai agama. Kami tetap ateis sebagaimana biasanya, kami melakukan sebisa mungkin untuk membebaskan mereka yang masih berada di bawah mantra candu agama ini.”
Narasi “penghapusan tatanan sosial lama” oleh Lenin dan “membebaskan mereka” oleh Khrushchev, memperlihatkan hal itu bukan saja menunjuk pada Komunis, melainkan juga oleh Zionis. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Freemasonry – yang kemudian oleh Adam Weishaupt dibentuk ordo Illuminati – telah menggagas pembentukan “Tatanan Dunia Baru”. Tatanan Dunia Baru yang disebut “Novus Ordo Seclarum”, dimaksudkan menghapus tatanan sosial lama. Dalam penghapusan tersebut bukan saja menghapuskan agama-agama, namun juga penghapusan bangsa dan negara, penghapusan kepemilikan hak milik dan penghapusan keluarga. Kesemua penghapusan sebagaimana yang dimaksudkan oleh Freemasonry-Illuminati terdapat dalam ‘Protokol Para Tetua Sion’ (The Protocols of the Elders of Zion). Pada akhirnya penghapusan yang dinginkan itu selaras dan sejalan dengan kehendak Komunisme. Perjumpaan kehendak lintas generasi yang relatif cukup lama itu sangat mustahil terjadi secara kebetulan.
Henry Makow dalam bukunya “Illuminati The Cult that Hijacked the World”, mengatakan bahwa pemerintahan global, Tatanan Dunia Baru sebagai tujuan Freemasonry dimaksudkan untuk menciptakan kekacauan. Dalam rangka mencapai tujuannya, maka dilakukan proses dialektikal dari perang yang dibuat untuk memanipulasi melalui operasi bendera palsu, pencucian otak, propaganda, fitnah, dan kekerasan.
Perlu digarisbawahi, bahwa Mark sangat terpengaruh oleh gagasan Charles Dawin yang mengemukakan teorinya tentang evolusi dalam bukunya “The Origin of Species”. Darwin menyatakan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada sebagai hasil dari perjuangan untuk mempertahankan hidup atau konflik dialektika. Lebih dari itu, dia juga mengingkari penciptaan dan menolak keyakinan terhadap agama. Gagasan Darwin telah menginspirasi bagi kepentingan menarik dukungan dan penguatan ideologi Komunisme. Oleh karena itu, teori Evolusi menjadi penting bagi Komunisme.
Darwin mengatakan bahwa, “manusia itu adalah hewan yang telah mengalami perkembangan dengan sempurna”. Dia juga menegaskan bahwa, “yang kuat bertahan hidup, yang lemah punah”. Penting diketahui, pendapat Darwin ternyata mewarisi kakeknya, Erasmus Darwin. Erasmus adalah seorang ‘evolusionis’ yang menganut kepercayaan Pagan. Paganisme adalah kepercayaan masa dulu, menjadi bagian kepercayaan dan sekaligus bangunan pemikiran Fremasonry-Illuminati. Kakek Darwin ini, adalah salah satu petinggi Mason Canongate Kilwining yang terkenal di Skotlandia. Dia juga memiliki hubungan dekat dengan kaum Jacobin di Prancis dan Masonik Illuminati yang menaruh kebencian terhadap agama. Dari Erasmus inilah gagasan-gagasan yang sudah terbentuk kemudian dilanjutkan oleh Darwin. Pada akhirnya, Darwinisme telah memberikan justifikasi terhadap rasialisme, genosida dan peperangan. Penghancuran negara, penghapusan ras dan etnis didahului oleh ajaran Darwinisme. Kemudian menjadikan elit beserta komponennya sebagai Fasisme dan Komunisme.
Melalui Komunisme, Darwinisme dijadikan sebagai teori ilmiah guna pembenaran peperangan dan gonosida. Dalam kaitan ini, Zionis membentuk Nietzsche yang mengatakan bahwa, “tuhan telah mati” dan mereka yang menggantikan posisi tuhan. Fasisme sesungguhnya merupakan ideologi yang dibangun menurut hukum rimba sebagaimana diajarkan oleh Darwin. Benih-benih ajaran fasisme masih ada ditemui dan secara tidak langsung menjadi bagian dari pemikiran dan tindakan seseorang dan kelompok.
Marx kemudian menggunakan pemikiran Darwin untuk menjelaskan proses dialektik sejarah. Menurutnya, masyarakat telah menempuh tahapan-tahapan yang berbeda dalam sejarah, dan yang menentukan tahap-tahap tersebut adalah perubahan dalam sarana produksi dan hubungan-hubungan produksi. Berdasarkan pandangan ini, ekonomi menjadi penentu segala sesuatu yang lain. Sejarah melewati beberapa tahapan evolusi, yakni Masyarakat Primitif, Masyarakat Budak, Masyarakat Feodal, Masyarakat Kapitalis, dan Masyarakat Komunis sebagai tahapan yang terakhir. Marx menyatakan bahwa secara bergantian, negara-negara maju kapitalis akan mengalami revolusi Komunis, namun periode yang dimaksudkan itu tidak pernah terjadi.
Engels juga mengakui kekagumannya pada Darwin. Engels memuji Darwin dan Marx sebagai dua orang yang memiliki kesamaan. Darwin menemukan hukum evolusi pada alam kehidupan, sedangkan Marx menemukan hukum evolusi pada sejarah manusia. Engels menekankan betapa pentingnya usaha yang dilakukan Darwin dalam membangun sebuah teori yang menentang agama. Darwin telah memberikan gambaran bahwa alam kehidupan yang ada sekarang baik tumbuhan, binatang, dan juga manusia adalah hasil dari proses evolusi yang terus berlangsung selama jutaan tahun.
Pemikiran Darwin yang notabene mewakili ajaran paganisme dari kakeknya Erasmus Darwin yang juga petinggi Mason identik dengan agenda Freemasonry sebagaimana terangkum dalam “The Protocols of the Elders Zion”. Protokol Zionis menyebutkan bahwa, “Pikirkan secara seksama mengenai keberhasilan yang telah kita rencanakan bagi Darwinisme, Marxisme, Nietzcheisme. Bagi kita orang-orang Yahudi, dalam kapasitas apa pun, harus dapat melihat dengan jelas betapa memecah belahnya arahan-arahan ini bagi pemikiran goyim.” Penyebutan “goyim” adalah ditujukan bagi orang selain Zionis yang dianggap lemah dan bodoh, bahkan ditempatkan sebagai hewan.
Penafsiran Darwin tentang evolusi, dimana evolusi telah berlangsung melalui hasil kerja seleksi alam memberi penjelasan lain di luar penjelasan teologis alam semesta menurut Darwin sepenuhnya bersifat materialistik. Marx dan Engels senang karena merasa yakin bahwa gagasan evolusi Darwin memberikan dukungan ilmiah bagi cara pandang ateis mereka.
Marx mengatakan bahwa selain perang terhadap Tuhan, juga harus berperang melawan keluarga. Hal ini terdapat dalam tulisan Marx dalam Communist Manifesto, “Penghapusan keluarga! Merupakan gejolak yang paling radikal dari proposal Komunis yang tak populis.” Kekejaman terhadap keluarga menyebabkan keluarganya sendiri menjadi demikian sangat menderita. Arnold Kunzli dalam bukunya yang berjudul “Karl Marx – A Psychogram”, menulis mengenai keluarga Marx. Disebutkan, putrinya Laura mengubur tiga anaknya. Kemudian dia bersama suaminya Paul Lafargue yang juga seorang Sosialis melakukan bunuh diri bersama. Putrinya yang lain Eleanor, memutuskan bersama suaminya melakukan hal yang sama, bunuh diri.
Lenin seringkali menegaskan bahwa teori Darwin merupakan landasan berpijak yang sangat penting bagi filsafat materialis dialektika. Kemudian, tampilnya Stalin pasca kematian Lenin (1924) telah menjadikannya seorang diktator paling berdarah sepanjang sejarah dunia. Penulis menyebut Stalin sebagai “Bapak Diktator Komunis”. Dikatakan demikian oleh karena melalui Stalin, kekejaman dan kebiadaban oleh Komunis terbukti. Darwinisme sebagai penyebab yang paling berpengaruh bagi Stalin, hingga menjadikannya pembunuh yang demikian kejam.
Darwinisme yang menjadi sumber kebiadaban Komunisme telah merengut nyawa yang demikian fantastis. Dalam kaitan ini, Robert Conquest memprediksi paling tidak sebanyak 21.500.000 orang telah dibunuh selama penguasan Marxis dan termasuk pasca Revolusi Rusia pada tahun 1917. Menurutnya, angka tersebut merupakan angka minimal dan angka keseluruhan dapat menembus angka 45.000.000. Cina – selama Revolusi Komunis dari tahun 1923 sampai tahun 1947 – juga mengalami kondisi serupa. Profesor Richard L. Walker melaporkan dalam laporan resmi pemerintah yang dikeluarkan oleh Subkomite Senat Keamanan Internal tahun 1971, memperkirakan jumlah keseluruhan korban meningggal di Cina berjumlah 64.000.000 orang.
Rezim Cina juga secara sistematis memindahkan orang-orang keturunan Cina untuk menetap di wilayah Turkistan. Rezim Komunis ini bertujuan untuk menghancurkan kaum Muslimin yang menolak asimilasi. Dampak dari pemindahan ke Turkistan yang dilaksanakan pemerintah Cina sejak tahun 1953, sungguh di luar perkiraan. Pada tahun 1953, warga Muslim berjumlah 75% dan Cina 9%, namun hingga tahun 1982 jumlah menjadi Muslim 43% dan Cina 40%. Sensus tahun 1990, memperlihatkan jumlah populasi Muslim 40% dan Cina 53%, hal ini merupakan petunjuk paling penting yang menunjukkan tingkat pembersihan etnis tersebut. Jumlah warga Turkistan Timur yang terbunuh diketahui mencapai jumlah yang mencengangkan, yakni 35.000.000 jiwa.
Sementara itu, pemerintah Cina juga menggunakan Muslim Turkistan Timur sebagai hewan percobaan dalam uji nuklir mereka. Akibat berbagai uji nuklir, yang dimulai pada tahun 1964, para penduduk setempat telah terjangkiti penyakit mematikan, dan 20.000 bayi cacat ketika dilahirkan. Diketahui bahwa jumlah Muslim yang meninggal akibat uji nuklir ini adalah sebanyak 210.000 jiwa. Ribuan orang mengalami cacat anggota tubuh, dan ribuan lainnya terkena penyakit seperti kuning dan kanker.
Perilaku biadab yang demikian dahsyat dan suilt dipercaya terjadi ketika Revolusi Komunis berlangsung di Cina. Rakyat Cina mengalami kondisi hipnotis secara masal. Rakyat Cina mendukung segala jenis pembantaian dan menunjukkan dukungannya. Dalam buku “Le Livre Noir du Communisme (Buku Hitam Komunisme), yang disusun oleh sekelompok sejarawan dan pengajar, menjelaskan tindakan biadab Komunisme. Kekejaman dan kebiadaban tersebut ditunjukkan pada saat seluruh warga diundang untuk menghadiri pengadilan terbuka terhadap orang-orang yang menentang revolusi, yang hampir dipastikan akan dihukum mati. Setiap orang turut serta menghadiri hukuman mati tersebut, dan berteriak ‘bunuh’, ‘bunuh’, kepada Pasukan Penjaga Merah yang tugasnya memotong-motong tubuh korban. Kadang potongan-potongan ini dimasak dan dimakan, atau secara paksa diberikan untuk dimakan oleh anggota keluarga korban yang masih hidup dan yang menyaksikan peristiwa tersebut. Setiap orang kemudian diundang dalam sebuah perjamuan, dimana hati dan jantung dimakan secara bersama-sama. Ketika pembicara beridato di hadapannya terpampang barisan potongan kepala yang masih tertancap segar di atas tiang-tiang. Kesenangan pada kanibalisme kejam ini, di kemudian hari menjadi sesuatu yang lazim di bawah rezim Pol Pot.
P.J. Darlington sebagai seorang evolusionis, dalam bukunya “Evolution for Naturalists”, mengakui bahwa kebiadaban Komunis adalah akibat alamiah teori evolusi, dan perilaku ini malah dibenarkan. Ia mengatakan, “… kekerasan adalah sifat bawaan yang telah ada dalam diri kita, yang diturunkan dari binatang nenek moyang kita yang paling awal… Jika demikian, kekerasan adalah sesuatu yang alamiah bagi manusia, suatu hasil dari evolusi.”
Baik Revolusi Rusia maupun Cina mengalami teori “kemenangan akal budi atas kepercayaan” sebagaimana yang dianut oleh Marxisme. Dalam kaitan ini, Zbigniew Brzezinski menyatakan bahwa ajaran Marxisme adalah memang “kemenangan akal budi atas kepercayaan”. Sejalan dengan itu, Whittaker Chambers, mantan anggota Partai Komunis di Amerika Serikat yang keluar dari partai tersebut mengatakan bahwa, “Komunisme terjadi ketika atas nama akal budi, manusia membebaskan diri mereka dari Tuhan.”
Paham Komunis yang menegasikan Tuhan dan ajaran agama terhubung dengan agenda Freemasony-Illuminati yang menghendaki penghancuran atas agama-agama yang ada di dunia. Marx dan koleganya sebagai penyembah Setan sebagaimana diutarakan di atas adalah juga sebangun dengan Freemasonry-Illuminati yang juga menjadikan Lucifer sebagai tuhan bagi para pengikutnya. Teori Evolusi yang diajarkan oleh Darwin dengan menganggap manusia lain sebagian hewan, memperlakukan dan menindas mereka seperti layaknya binatang, adalah juga selaras dengan kehendak Freemasonry.
Menurut Juri Lina dalam bukunya “Architecs of Deception”, Freemasonry adalah Judaisme bagi kalangan non-Yahudi. Dia berdasarkan pada Kabbalah dan merupakan organ politik eksekutif dari elit keuangan Yahudi. Lina mengutip profesor Valeri Yemelyanov, yang berkata pada Kongres Partai Komunis Soviet tahun 1979, “Piramida Yahudi Freemason mengendalikan 80 persen perekonomian negara Kapitalis dunia dan 90-95 media informasi.”
Freemasonry sebagai kelompok masyarakat rahasia (secret society) – yang pada tahun 1776 berganti sebutan Illuminati dan kemudian menjadi Zionis Internasional pada tahun 1897 – bisa berbaju Komunisme/Sosialisme bisa pula berbaju Kapitalisme/Liberalisme. Terkait dengan hal ini pernyataan Christian Rakovsky (Chaim Rakover) menemukan relevansinya. Sebagaimana dikutip oleh Makow, Rakovsky mengatakan bahwa di Moskow terdapat Komunisme, di New York ada Kapitalisme. Itu semua adalah sama, sebagai tesis dan anti tesis. Moskow secara subjektif adalah memang Komunisme, namun secara objektif negara itu adalah juga Kapitalisme. New York secara secara subjektif adalah Kapitalisme, namun secara objektif Negara Paman Sam itu adalah juga Komunisme. Keuangan Internasional dan Komunis Kapitalis adalah satu. Mereka mengacu pada Illuminati sebagai bagian tertinggi dari Freemasonry.
Komunis dan Zionis “ibarat dua sisi mata uang yang sama”. Dapat dibedakan, namun tidak dapat dipisahkan. Kemunculan Komunisme tidak dapat dilepaskan dari gerakan Zionisme yang telah mengakar semenjak lama. Seorang teolog Reinhold Niebuhr mengatakan bahwa Marxisme adalah bentuk modern ramalan Yahudi. Hal itu disampaikan pada pidatonya di hadapan Jewish Institute of Religion, pada tanggal 3 Oktober 1934. Pendapat tersebut adalah benar. Dalam sebuah buku “Did Six Millions Peoples Really Die?’” disampaikan bahwa sebagian besar Komunis adalah Yahudi, dan hanya sedikit sekali yang membantahnya. Marx adalah seorang Yahudi, ia dikelilingi oleh Yahudi dan gerakan yang didirikan dinamakan dengan tokoh pendirinya, setelah kepemimpinannya dipegang oleh kelompok Yahudi lainnya.
Uraian di atas menunjukkan bahwa Zionis yang membentuk Karl Mark sebagai Bapak Komunisme. Zionis – yang notabene konspirator Revolusi Prancis dan Revolusi Bolshevik – adalah pihak yang telah membesarkan Komunisme. Zionis pula yang telah mempertemukan pemikiran Karl Marx dengan paham Zionisme dan Darwinisme. Dengan demikian pertemuan keduanya tidak terjadi secara kebetulan sebagaimana didalilkan oleh penganut Marxisme selama ini. Pertemuan itu telah direncanakan dalam permufakatan jahat (dolus premeditatus). Tegasnya, Zionisme itulah yang mengkondisikan para petinggi Komunis agar mengikuti keinginan elit Zionis sebagaimana agenda yang dirumuskan oleh Freemasonry-Illuminati semenjak lama.
Keberadaan Protokol Zionis yang dalam implementasinya menggunakan Komunis bukanlah omong kosong. Henry Ford, dalam bukunya “The International Jew” (1976) menyatakan, “Jika saya ditanya tentang asli tidaknya Protokolat Zionis, maka saya tidak akan mau masuk ke dalam perdebatan panjang itu. Satu-satunya hal yang ingin saya katakan berkenaan dengannya adalah, bahwa semua kejadian yang ada di dunia ini sejalan dengannya.” Penulis juga berpendapat demikian. Dalam banyak tulisan penulis sebelumnya menunjukkan fakta telah berbicara bahwa konsepsi Protokol Zionis telah mewujud. Tinggal satu yang belum, yakni Perang Dunia III sebagai kelanjutan peperangan sebelumnya.
Sebagai penutup dapat dikatakan bahwa Komunis tidak dapat dilepaskan dari Zionis, di dalamnya terkandung perselingkuhan yang demikian terang dan nyata. Komunis dan Zionis adalah bagian integral dari orkestra Iblis.
Pusat Pemikiran Al-Fatih
Jakarta, Jumat 20 September 2024.
(ameera/arrahmah.id)