Seorang bocah Uighur berusia lima tahun yang dirawat oleh kakek-neneknya karena orang tuanya dipenjara ditemukan tewas membeku di sebuah parit di prefektur Hotan di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang ( XUAR).
Kantor berita RFA membenarkan bahwa kedua orang tua Nesrulla Yusuptohti, yang ditemukan tewas membeku di sebuah parit yang tertutup es dan salju pada Ahad (15/12/2019) di kota Sampop, Kabupaten Hotan, Lop (Luopu), dipenjara di wilayah tersebut.
Ibu bocah itu, Patem Rozi yang berusia 26 tahun, dijatuhi hukuman 10 tahun penjara karena mendakwahkan Islam pada tahun 2017 dan dipenjara di Ghulja, sebuah kota yang terletak sekitar 2.000 km jauhnya dari Hotan, ungkap seorang pejabat urusan wanita desa di kota Sampul.
Sedangkan ayahnya, Yusup Tohti (28), dibawa ke kamp interniran terdekat di Zona Pengembangan Ekonomi Kabupaten Lop karena istrinya didakwa secara kriminal disebabkan mendakwahkan Islam, kata pejabat itu.
“Kami mendengar berita kematiannya pada Senin (16/12) ketika upacara pengibaran bendera,” kata seorang warga di kota Sampul.
“Sekretaris partai desa kami memberi tahu kami agar merawat anak-anak kami dengan baik. Menurut apa yang dia katakan, orang tuanya sedang menjalani re-edukasi dan dia berada dalam perawatan kakek-neneknya, yang karena kesehatannya yang buruk tidak dapat pergi ke luar,” kata narasumber tersebut.
XUAR mengelola sekitar 1.300-1.400 kamp interniran, di mana pihak berwenang diyakini telah menahan 1,8 juta etnis Uighur dan minoritas Muslim lainnya yang dituduh menyembunyikan “pandangan agama yang kuat” dan “berbeda haluan politik” sejak April 2017.
Tiongkok, setelah awalnya menyangkal adanya kamp-kamp semacam itu, sekarang menggambarkan fasilitas tersebut sebagai “sekolah berasrama” yang menyediakan pelatihan kejuruan bagi orang Uighur, mencegah radikalisasi, dan membantu melindungi negara dari terorisme.
Penduduk setempat mengatakan bahwa pada Sabtu (14/12), “Nesrulla pergi ke sungai bersama tiga atau empat anak dari lingkungan tersebut, dan hilang.”
“Mereka tidak dapat menemukannya selama sehari atau lebih, jadi mereka bertanya kepada anak-anak tetangga, dan mereka menunjukkan tempat di mana dia jatuh ke air. Para tetangga kemudian membantu kakek-nenek lansia untuk menggali dia keluar dari es,” tambah narasumber.
“Sepertinya orang tuanya tidak mengetahui berita ini, dan sepertinya mereka tidak kembali dari pelatihan juga. Jika mereka melakukannya, kami akan mengunjungi mereka dan memberikan penghormatan,” narasumber itu menambahkan. (rafa/arrahmah.com)