SERPONG (Arrahmah.com) – Masjid Darul Islah di Komplek Perumahan Griya Loka blok 1.2 Bumi Serpong Damai sontak menjadi berita. Sampailah berita dari aktivis dakwah di sana adanya sekelompok orang yang melakukan tindakan ‘kudeta’ terhadap pengurus masjid Darul Islah BSD.
Satu atau dua orang munafik memprovokasi warga perumahan Griya Loka blok 1.2 BSD untuk melakukan ‘kudeta’ de facto dan de jure atas kepemimpinan DKM Darul Islah. Agak kurang elok kedengarannya namun itu realitasnya.
Senin sore (12/8/2013) arrahmah.com menyambangi pengurus masjid Darul Islah di BSD. Tepat ba’da maghrib beberapa pengurus masjid Darul Islah menerima arrahmah.com di ruang sekretariat. Empat orang pengurus masjid diantaranya dari Dewan Pembina (DP): Gumelar Adi Saputra, Syafrial, Sutopo Shattar dan Ridwan Ketua Dewan Kemakmuran Masjid.
Secara bergantian mereka menuturkan peristiwa ‘kudeta’ tersebut. Cerita bermula pada kajian subuh (27/7/2013) dengan topik sirah nabawiyah berlangsung dengan pemateri Ustadz Dr. Haidar. Saat kajian sedang berlangsung di lantai atas, ruang utama masjid, sekelompok warga yang berada di lantai bawah membuat keributan dengan suara gaduh membuat kajian terhenti.
Mereka melakukan cara anarkis dengan berteriak dan diantaranya ada yang menendang rak sandal yang terbuat dari besi dan meminta pengurus yayasan yang ada untuk turun berunding dengan mereka.
Akhirnya beberapa pengurus inti masjid Darul Islah turun ke bawah hendak mengetahui apa gerangan yang terjadi. Ternyata di bawah sudah terdapat sekitar 15 orang terdiri dari pria dan wanita yang berteriak-teriak tidak karuan. Pertemuan pun akhirnya terjadi.
Suasana pertemuan di halaman masjid langsung memanas. Penuh dengan suara intimidasi dari beberapa pria diantaranya ada yang mengancam akan menyegel masjid. Ada yang mencemooh terutama para perempuan yang nota bene istri-istri dari para pria pendemo tersebut.
Mereka para pendemo dan ‘pengkudeta’ yang hadir saat itu intinya memaksa seluruh Dewan Pembina agar mengundurkan diri saat itu juga.
Peristiwa ‘kudeta’ tersebut nampaknya telah dirancang dan dipersiapkan secara matang oleh sekelompok warga tersebut. Terbukti warga telah menyiapkan kertas dan materai.
“Warga telah menyiapkan kertas putih yang telah diberikan materai untuk ditandatangani sebagai surat pengunduran diri Para Dewan Pembina Yayasan Darul Islah,” ujar salah seorang anggota DP
Mengingat situasi yang tidak kondusif dan dikhawatirkan akan menimbulkan bentrokan fisik lebih lanjut, maka dengan terpaksa seluruh Dewan Pembina menandatangani surat bermaterai tersebut.
Kejadian tersebut diketahui dan dihadiri oleh polisi Linmas Polsek Serpong, Lurah Rawa Buntu, notaris Tuti Alwiah dan ketua RW06.
Namun Gumelar Adisaputra, selaku ketua Dewan Pembina memberikan catatan di bawah tandatangannya itu yakni dengan kata :Nb. Dibawah tekanan Warga.
Berdasarkan penuturan para pengurus masjid, kisruh ini merupakan kilmaks dari akumulasi bebrapa persoalan khilafiyah yang tidak prinsip. Lantas ada dua orang saja dari unsur jama’ah yang nampaknya menyimpan dendam dan bibit kemunafikan. Dia tidak menyukai dakwah Al-Qur’an dan Sunnah. Isu ini kemudian di blow up oleh sang terduga munafik tersebut. Selanjutnya dua orang ini yang menghasut warga untuk bertindak main hakim sendiri dan mengabaikan prinsip Islam yakni musyawarah. Dengan menarik isu sentimen masjid Darul Islah hanya untuk warga sektor 1.2 saja.
Sebuah pemikiran yang sangat sempit. Masjid yang dibangun atas dasar taqwa sejatinya adalah untuk digunakan beribadah mahdhoh oleh seluruh umat Islam siapapun dan dari manapun.
Demikian pula masjid Darul Islah yang mulai berdiri dari tahun 2007 dibangun atas sumbangsih partisipasi masyarakat kaum Muslimin dari berbagai daerah. Tidak hanya warga sektor 1.2. “Ada yang dari Banten, saya sendiri yang mengambil bantuan tersebut. Ada yang dari Gorontalo,” ujar Gumelar
Pelajaran yang bisa diambil dari semua penggiat dakwah di masjid adalah; pertama, kaum Muslimin bisa saling menjaga ukhuwah Islamiyah. Ini penting untuk bangunan komponen umat Islam di masjid sebagai barometer umat yang lebih luas. Kedua agar semua manhaj komponen umat ini bisa aktif di rumah Allah melalui proses musyawarah dan tholabul ilmi. Ketiga komunikasi yang baik, santun namun tetap lugas agar tidak terprovokasi oleh ulah kelompok munafik dan liberal untuk memecah belah umat ini. Allahu A’lam.
(azmuttaqin/arrahmah.com)