DAMASKUS (Arrahmah.com) – Anggota oposisi Suriah telah memberikan respon dingin kepada Washington yang meminta untuk merubah kepemimpinan gerakan itu, membanting keinginan AS yang mencoba mendikte kehendaknya terhadap Suriah.
Pada Rabu 931/10/2012) pagi, Menteri Luar Negeri AS, hillary Clinton, menyerukan untuk kembali membentuk kepemimpinan oposisi Suriah dan bahwa pemerintahan Obama mengusulkan nama-nama dan organisasi-organisasi yang harus dimasukkan dalam kepemimpinan baru yang mungkin muncul dalam pembicaraan yang akan diadakan minggu depan di Qatar, lansir Rusia Today.
“Ini pengawasan langsung dan perintah ini tidak bisa diterima rakyat Suriah lagi,” ujar Zuhair Salem, juru bicara organisasi oposisi yang berbasis di Inggris.
Clinton juga meremehkan Dewan Nasional Suriah (SNC) memegang peran utama, mengatakan bahwa kelompok yang berbasis di Paris yang diasingkan oleh rezim, tidak mewakili mereka yang berjuang di lapangan di Suriah.
Suriah memiliki banyak milisi melawan kekuatan Assad dan dilaporkan bahwa milisi-milisi tersebut telah “disusupi” oleh kelompok Al Qaeda.
Menurut Salem, pernyataan Clinton menunjukkan bahwa Amerika ingin “menyesuaikan oposisi Suriah dengan tuntutan tertentu”.
Kritik Amerika terhadap SNC mencerminkan rasa bahwa Washington telah kecewa dengan kelompok tersebut karena gagal mendapatkan dukungan dari berbagai faksi. Kini AS berupaya untuk membentuk oposisi yang bersatu yang siap untuk bekerja sama dengan Barat, dan ini diterima skeptis oleh banyak pihak.
Seorang jenderal FSA, Faiz Amru mengatakan kepada AP bahwa setiap pemerintahan transisi atau badan yang dibuat di luar negeri, tidak mungkin mewakili orang-orang yang sekarat di Suriah. “Setiap orang mencoba untuk mendorong agenda mereka sendiri,” ujarnya. “Kekuatan besar telah membajak revolusi Suriah.”
Amru menyatakan bahwa tidak ada kelompok oposisi yang benar-benar peduli dengan perjuangan di lapangan.
Sementara pertempuran terus berlanjut dan kian merusak Suriah dengan jumlah korban tewas mencapai 153 orang (warga sipil, tentara rezim dan pejuang Suriah) dalam satu hari pada Kamis (1/11). (haninmazaya/arrahmah.com)