DAMASKUS (Arrahmah.com) – Kelompok oposisi Suriah yang ikut menghadiri pembicaraan damai di Riyadh beberapa waktu lalu mengatakan tidak akan setuju dengan gencatan senjata kecuali Bashar Asad menandatangani kesepakatan untuk mundur sebagai presiden Suriah.
Komentar tersebut datang pada Rabu (16/12/2015) ketika AS dan Rusia bersiap-siap untuk pembicaraan damai Suriah berikutnya di New York yang rencananya akan diadakan pada Jum’at (18/12). Namun dalam pembicaraan mendatang, hanya kelompok yang dinilai “cocok” oleh AS dan Rusia yang akan diundang untuk menentukan “nasib” Suriah.
“Jika mereka (AS dan Rusia) ingin memerangi terorisme seperti yang mereka katakan, kenapa mereka tidak menyingkirkan masalah utama, pemerintah yang menargetkan warga sipil di Suriah setiap harinya?” Ujar Nagham Al-Ghadri, wakil presiden Koalisi Nasional Suriah (SNC) mengatakan kepada Al Jazeera.
“AS dan Rusia selalu tidak setuju pada nasib Bashar Asad, tapi setuju untuk melawan ISIS yang menjadi ironis karena ketimbang menyingkirkan akar dari semua masalah, mereka hanya ingin mengatasi produk yang dihasilkan oleh pemerintah,” klaimnya.
“Ini adalah hak dasar kami untuk memilih apa yang kami inginkan untuk negara kami. Kami tidak menunggu siapa pun untuk mendikte kami, terkait nasib pemimpin Suriah ada di tangan rakyat Suriah.”
“Mereka akan bertemu dan bernegosiasi di luar negeri untuk masa depan Suriah, namun pada akhirnya seluruh dunia tahu bahwa jika rakyat Suriah tidak setuju pada setiap solusi politik, mereka tidak akan menerapkannya.”
“Semua orang yang tewas dan jutaan pengungsi yang tinggal di tenda-tenda selama lima tahun terakhir, tidak akan menjadi seperti itu, jadi suatu hari masyarakat internasional bisa memandang apa yang dirasakan rakyat Suriah. Kami akan memilih nasib kami sendiri, terlepas dari semua pembicaraan dan pertemuan yang diadakan oleh mereka.”
John Kerry, Menteri Luar Negeri AS telah bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Moskow pada Selasa (15/12), dan mereka setuju untuk mengadakan pembicaraan damai untuk Suriah di New York pada Jum’at besok.
“Kami akan bertemu Jum’at pekan ini di New York dengan Kelompok Internasional Pendukung Suriah,” ujar Kerry.
Ghadri, wakil presiden SNC mengatakan koalisi oposisi tidak diundang secara resmi untuk pembicaraan New York, tapi mereka menyatakan pandangan dan opini mereka tentang pertemuan tersebut dengan duta-duta dari beberapa negara.
Oposisi Suriah bertemu di Riyadh pekan lalu dan setuju untuk pembentukan pemerintah transisi di Suriah namun tidak mengikutsertakan Asad.
SNC yang dipimpin oleh Khaled Khoja bertujuan untuk merubah kepemimpinan Suriah saat ini dengan pemerintahan transisi setelah mencapai pengakuan internasional.
“Banyak faksi menandatangani perjanjian di Riyadh yang menyoroti dan menekankan pentingnya kepergian Asad,” ujarnya.
Kerry dan Putin sepakat untuk melanjutkan apa yang mereka klaim untuk mengakhiri organisasi “teroris” dan untuk memberikan bantuan kepada PBB dalam membentuk delegasi oposisi yang benar-benar merupakan “perwakilan” Suriah dan siap untuk bernegosiasi dengan “pemerintah” Suriah (rezim Nushairiyah pimpinan Asad). (haninmazaya/arrahmah.com)