JAKARTA (Arrahmah.com) – Operasi Tinombala untuk memburu kelompok Santoso Cs terus berlanjujt, meski musibah masih menggelayut di tubuh TNI AD atas meninggalnya sejumlah prajurit mereka. Dilaporkan terjadi kontak tembak Tim gabungan TNI dan Polri terlibat baku tembak dengan orang tak dikenal (OTK) di Poso, Sulawesi Tengah, malam tadi. Dua orang dikabarkan tewas dalam peristiwa itu.
“Tadi jam sepuluh (malam) terjadi kontak tembak dan OTK dua orang tewas di sana,” kata Panglima TNI, Gatot Nurmantyo di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (22/3/2016), lansir Okezone
Gatot tak menjelaskan secara detail terkait dengan lokasi dan dua orang yang tewas dalam baku tembak tersebut. Ia hanya menyebut kalau Operasi Tinombala masih berlasung.
Sebelumnya, Kapolri Jendral Badrodin Haiti juga mengatakan operasi pencarian kelompok Santoso Cs masih berlanjut.
“Operasi tetap kita lanjutkan sampai nanti batas waktu tertentu. Agar semua kekuatan dari kelompok teroris ini bisa kita lumpuhkan,” tuturnya.
Operasi Tinombala yang dimulai sejak 10 Januari hingga 9 Maret 2016. Namun, operasi tim gabungan ini diperpanjang hingga enam bulan ke depan.
Sebelumnya, dalam keterangan tertulisnya, Wakil Koordinator Bidang Strategi dan Mobilisasi Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Puri Kencana Putri mengatakan, selama operasi Tinombala terlihat tidak ada bukti keberhasilan.
Mengutip Viva, aksi militer yang terjadi sepanjang Januari hingga Maret 2016, terbukti hanya membuat sejumlah korban berjatuhan.
Setidaknya tercatat ada sembilan orang korban tewas, satu di antaranya adalah anggota Brimob. Kemudian, sebanyak 24 orang ditangkap terkait dugaan keterlibatan jaringan Santoso cs.
Beberapa penangkapan sepanjang bulan Januari-Februari bahkan dilakukan di luar teritorial Poso, seperti di Balikpapan, Lampung, Klaten (Jawa Tengah), Malang (Jawa Timur).
“KontraS tidak melihat adanya keberhasilan operasi keamanan yang bisa diukur dari metode operasi yang digunakan dan evaluasi apa yang dipakai untuk menilai Camar Maleo–Tinombala patut diapresiasi,” ujar Puri, Jum’at (11/3/2016).
“(Dan) Hingga kini belum ada informasi yang mampu menerangkan bahwa orang-orang tersebut betul terkait dengan jaringan teror ini,” tambahnya.
Kini, lanjut Puri, merujuk dari informasi yang disampaikan oleh Lembaga Pemantauan masyarakat Sipil (LPMS). Ada informasi penambahan pasukan dengan jumlah 3.000 personel.
Dengan asumsi satu orang anggota Santoso akan membutuhkan 39 pasukan untuk melakukan pengejaran dan
“Jika betul adanya maka kita tengah menyaksikan pesta keamanan tanpa status operasi yang jelas, dan penggunaan Anggaran Pembelanjaan Belanja Negara yang tidak terkontrol” tambahnya.
Untuk itu, KontraS meminta harus ada evaluasi terbuka terhadap operasi Tinombala agar publik punya penilaian yang fair atas pelaksanaan operasi ini.
KontraS mengkritik aksi militer yang melakukan perburuan terhadap jaringan Santoso di Poso Sulawesi Selatan. Operasi dibawah sandi Tinombala itu disinyalir lekat dengan masalah. Sebab tidak ada transparansi jelas operasi tersebut sejak pertama kali dimulai lewat operasi Camar Maleo. (azm/arrahmah.com)