KABUL (Arrahmah.com) – Sabtu (16/11/2013), sebuah bom mobil meledak di kota Kabul, Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) atau Taliban mengkonfirmasi bahwa serangan tersebut adalah operasi syahid yang dilakukan seorang Mujahid.
Sebagaimana dilansir Shahamat, sebuah operasi syahid menghantam konvoi militer rezim boneka di kota Kabul, ibukota Afghanistan.
Mujahid Sa’id, mengendarai mobil penuh bahan peledak dan meledakkannya di dekat kumpulan kendaraan aparat rezim sehingga menghancurkan 7 kendaraan militer dan menewaskan 32 aparat rezim dan melukai beberapa lainnya.
Para pejabat polisi Kabul mengkonfirmasi bahwa bom mobil itu meledak di dekat kamp “Loya Jirga,” lapor Khaama Press. Menurut laporan, tempat tersebut akan digunakan untuk debat mengenai perjanjian “keamanan” antara rezim boneka Kabul dengan penjajah AS pada Kamis mendatang.
Sandiwara “Loya Jirga”
Loya Jirga, adalah sebuah majelis yang mana berkumpulnya para perwakilan suku atau tetua suku di Afghanistan untuk memutuskan suatu perkara secara tradisional yang terkait dengan urusan rakyat. Tetapi, Mujahidin IIA menegaskan bahwa Loya Jirga yang mendukung kebijakan-kebijakan rezim boneka dan penjajahan adalah Loya Jirga palsu yang mengatasnamakan sebagai wakil rakyat.
Perjanjian “keamanan bilateral” antara AS dan rezim Kabul yang akan berlaku pasca 2014, yang didukung “Loya Jirga,” hanya akan menguntungkan pihak penjajah dan berarti melanjutkan perang, demikian menurut Mujahidin IIA.
Dalam sebuah pernyataan resmi pada kesempatan hari raya ‘Idul Adha 1434 H, Amir IIA Mullah Umar Mujahid menyisipkan pesan terkait perjanjian “keamanan” tersebut dan “Loya Jirga,” ia mengatakan: “Pemerintahan Kabul dan para penjajah tidak hanya berusaha memainkan malapetaka dengan Afghanistan secara domestik, tetapi juga meminggirkan negara ini di dunia global dan regional dengan menandatangani kesepakatan-kesepakatan penjajahan dan sehingga mendapatkan alasan untuk melanjutkan perang. Oleh karena itu, para penjajah dan antek-antek mereka harus memahami bahwa kesepakatan “strategis” itu akan menyertai konsekuensi serius bagi mereka. Meskipun mungkin mereka mendapatkan dokumen-dokumen yang dicap oleh Loya Jirga palsu (Loya Jirga adalah sebuah majelis yang mana berkumpulnya para perwakilan suku atau tetua suku di Afghanistan untuk memutuskan suatu perkara secara tradisional yang terkait dengan urusan rakyat, pent), tetapi hal itu tidak akan diterima oleh rakyat Afghan. Sepanjang sejarah, perwakilan yang sebenarnya dan Loya Jirga yang sebenarnya di negara ini tidak pernah menandatangani dokumen-dokumen perbudakan. Sehingga mereka yang menandatangani dokumen ini (dokumen yang berisi kesepakatan dengan penjajah dan sekutu mereka, pent), keputusan mereka tidak dapat diterima. Para penjajah harus mengetahui bahwa alasan-alasan mereka yang sempit tidak akan pernah diterima (rakyat). Jihad yang saat ini sedang berlangsung akan dilanjutkan terhadap mereka dengan semangat yang lebih.” (siraaj/arrahmah.com)