KANDAHAR (Arrahmah.com) – Pertempuran antara tentara salibis pimpinan AS dan Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) di provinsi Kandahar masih terus berlanjut, dilaporkan lebih dari seratus rumah sipil rusak berat selama operasi militer AS di wilayah ini, menurut laporan kelompok hak asasi manusia, Kamis (4/11/10).
Kerusakan properti dilaporkan oleh Afghan Rights Monitor (ARM) di Kandahar, tempat kelahiran sekaligus jantung IIA. AS melancarkan operasi militer besar-besaran ke provinsi ini dengan tujuan melemahkan dukungan penduduk lokal untuk IIA dan berbalik memberikan dukungan kepada tentara asing, namun apa yang dilakukan AS ternyata makin menanamkan kebencian di hati penduduk lokal.
Tentara salibis AS dan NATO menggunakan pemboman udara untuk menghantam titik-titik yang mereka yakini sebagai benteng IIA dan untuk menonaktifkan bom ranjau dan bom rakitan yang disembunyikan Mujahidin. Bom-bom AS inilah yang merusak harta sipil lokal.
Direktur ARM, Samadi Ajmal mengatakan kerusakan terus meluas dan butuh rekonstruksi.
“Membangun kembali adalah bagian penting dari operasi ini,” ujarnya kepada Reuters.
Kerusakan telah terkonsentrasi di distrik Arghandab, Panjwai, Zheray dan Daman, rumah bagi sekitar 300.000 lebih jiwa dari 1 juta penduduk di povinsi Kandahar.
Korban sipil juga melonjak tajam sejak operasi ini diluncurkan pada awal September, lanjut Ajmal namun tidak menyebutkan angka.
Tujuan AS melancarkan operasi ini juga untuk menekan Mujahidin IIA dari kota-kota besar di Kandahar ke wilayah pegunungan.
Beberapa pejabat boneka lokal mengklaim otoritas Afghan akan mengganti kerusakan dan membangun kembali setelah operasi selesai dilaksanakan, namun entah kapan operasi militer AS di provinsi ini akan berakhir. Sebelumnya AS dan NATO juga melancarkan operasi serupa di provinsi Helmand, distrik Marjah. Hingga berbulan-bulan, operasi tersebut tidak juga dihentikan, Mujahidin IIA melakukan perlawanan sengit yang tidak diperkirakan sebelumnya oleh AS. (haninmazaya/arrahmah.com)