(Arrahmah.com) – Yayasan media Al-Furqan, sayap media Departemen Informasi mujahidin Daulah Islam Irak, bekerja sama dengan Yayasan Media Al-Fajr kembali merilis video hasil operasi jihad terbaru mereka. Video yang berjudul Shalil Ash-Shawarim 3: Hadmul Aswar (Gemerincing Pedang-pedang yang Tajam # 3: Meruntuhkan Tembok-tembok Pagar) tersebut terbagi menjadi dua bagian. Video bagian pertama berdurasi 39 menit 21 detik dan video bagian kedua berdurasi 41 menit 22 detik.
Hadmul Aswar atau “meruntuhkan tembok-tembok pagar” merupakan fase baru dalam perjalanan amal jihad di Irak, yang dimulai sejak bulan suci Ramadhan 1433 H. Dalam fase jihad baru ini, mujahidin kembali bangkit dan kembali ke wilayah-wilayah yang dahulu telah mereka kuasai kemudian mereka menarik mundur pasukan dari wilayah-wilayah tersebut sebagai sebuah taktik perang. Wilayah-wilayah itu kini mereka datangi dan rebut kembali dari rezim Syiah Irak boneka Iran dan Barat. Video ini mendokumentasikan amal-amal jihad pada fase baru ini.
Video bagian kedua
Video bagian kedua diilhami oleh firman Allah Ta’ala:
قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dua orang laki-laki yang bertakwa di antara mereka, yang telah diberi nikmat oleh Allah, berkata: “Seranglah mereka melalui pintu gerbang negeri ini! Jika kalian telah memasukinya niscaya kalian akan menang. Dan hanya kepada Allah semata hendaknya kalian berserah diri jika kalian benar-benar adalah orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah [5]: 23)
Video diawali dengan penampakan beberapa mujahidin yang berhasil melarikan diri dari penjara Tasfirat rezim Syiah Irak di kota Tikrir. Mereka berkumpul di tengah padang pasir. Abu Waqas Al-Anshari menyampaikan pesannya kepada para tawanan muslim di penjara-penjara rezim Syiah Irak untuk berupaya dengan sungguh dan mencoba berulang kali agar bisa melarikan diri dari penjara. Beliau menegaskan bahwa terbunuh saat melawan dan mencoba melarikan diri adalah lebih baik daripada mati di tiang gantungan rezim Syiah Irak.
Lebih lanjut Abu Waqash Al-Hasyimi mengisahkan para pengkhianat muslim sunni, yaitu para politikus dan milisi Shahwat, yang menangkapi umat muslim sunni dan menyerahkan mereka kepada tuan-tuan mereka yaitu rezim Syiah Irak. Mereka mengkhianati kaum muslimin sunni karena mengharapkan secuil kenikmatan dunia dari rezim Syiah Irak. Padahal orang-orang Rafidhah (Syiah) memandang seluruh ahlus sunnah itu sama saja, yaitu sebagai musuh. Bukti kecil di antaranya adalah Tariq Al-Hasyimi, wakil presiden Irak, yang berkoalisi dengan rezim Syiah Irak dan mengabdikan dirinya kepada rezim Syiah Irak dengan mengkhianati kaum muslimin sunni. Tariq Al-Hasyimilah yang menanda tangani hukuman mati bagi para mujahidin ahlus sunnah di penjara-penjara rezim Syiah Irak. Kini rezim Syiah Irak justru memburu Tariq Al-Hasyimi dan memvonisnya dengan lima vonis hukuman mati secara in absentia.
Operasi jihad di propinsi Diyala
Operasi pertama adalah penyerbuan dahsyat terhadap markas militer rezim Syiah Irak di propinsi Diyala. Mujahidin mengerahkan senapan mesin berat, roket RPG, dan granat sehingga berhasil menaklukkan markas militer di Diyala. Seluruh tentara dan polisi rezim Syiah Irak dalam markas tersebut ditembak oleh mujahidin.
Operasi jihad di propinsi Baghdad
Mujahidin membentuk pasukan khusus yang menyerbu dan memburu para komandan dan anggota milisi Shahwat, yaitu milisi pengkhianat muslim sunni yang dibentuk, dilatih, dipersanjatai dan digaji oleh pasukan AS-NATO untuk memerangi mujahidin ahlus sunnah. Di utara Baghdad, regu khusus mujahidin berhasil menangkap dan mengeksekusi mati seorang komandan lapangan milisi Shahwat dan ketua intelijen milisi Shahwat. Dalam interogasi mujahidin, ia menyebutkan nama-nama mujahidin dan para wanita muslimah yang telah ia laporkan kepada pasukan rezim Syiah Irak. Ia juga menyebutkan nama-nama anggota kesatuan intelijen milisi Shahwat yang ia pimpin.
Pesan audio Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi, Amir Daulah Islam Irak
“Adapun mereka yang dikelabui oleh sebagian ketua dan anggota suku sehingga mereka bergabung dengan barisan pasukan salibis Amerika, kemudian mereka menjadi antek-antek dan pengikut-pengikut pemerintahan Shafawiyah. Maka kami katakan kepada mereka:
Demi Allah, tidak akan membahayakan diri kalian jika kalian mengikuti kebenaran dan menolong agama Allah seperti sebelumnya kalian memerangi agama Allah. Maka bertaubatlah kalian, perbaikilah diri kalian, niscaya Allah akan mengampuni kalian dan mengganti amal-amal keburukan kalian dengan amal-amal kebajikan.
Adapun jika dikatakan kepada kalian bahwa Daulah Islamiyah membunuh setiap orang yang memeranginya dan tidak mau menerima keadilan, maka sungguh itu adalah isu bohong yang disebar luaskan tentang kami, dan alangkah banyaknya berita bohong seperti itu. Hendaklah kalian mengetahui bahwa kami tidak meminta dari orang yang hendak bertaubat tebusan apapun dan perantaraan apapun.”
Pertaubatan sebagian polisi dan anggota milisi Shahwat
Di salah satu masjid, mujahidin menerima pertaubatan sebagian polisi dan anggota milisi Shahwat. Mereka menyatakan menyesal telah bergabung dalam pasukan rezim Syiah Irak dan menjadi sarana penindasan terhadap kaum muslimin sunni. Mereka menyatakan bertaubat dan memperbaiki diri mereka. Dalam kesempatan tersebut mujahidin juga menegaskan bahwa mereka memiliki informasi lengkap tentang perbuatan-perbuatan dan kejahatan-kejahatan polisi dan milisi Shahwat. Mujahidin melakukan investigasi dan survey lapangan yang cermat sehingga informasi-informasi yang mereka miliki sangat akurat.
Mujahidin menerangkan kepada para polisi dan milisi Shahwat yang bertaubat bahwa mujahidin menghukumi mereka secara lahiriah mereka yang telah bertaubat. Mereka akan diperlakukan seperti perlakuan terhadap kaum muslimin lainnya. Lebih dari itu mujahidin menegaskan bahwa mereka membuka pintu selebar-lebarnya bagi setiap orang yang dizalimi dan orang yang merasa kebijakan mujahidin tidak sesuai dengan kebenaran.
Dalam dialog dengan para polisi dan milisi Shahwat yang bertaubat, mujahidin menerangkan bahwa mereka tidak perlu ragu-ragu akan diterimanya taubat mereka oleh Allah. Sebab Allah akan menerima taubat mereka, meski sebelumnya mereka telah memerangi dan membunuh mujahidin, bahkan sekalipun mereka telah membunuh sejuta mujahidin sekalipun. Hal itu sebagaimana Allah menerima taubat orang-orang murtad yang memerangi dan membunuh para sahabat pada zaman khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.
Operasi jihad di propinsi Anbar
Mujahidin melakukan serangan terhadap sebuah markas militer rezim Syiah Irak di propinsi Anbar. Tembakan roket RPG, senapan mesin berat dan menengah, serta senapa serbu mujahidin menghujani markas musuh dengan gencar. Tentara rezim Syiah mencoba memecahkan pengepungan mujahidin dengan tembakan gencar tank, senapan mesin berat, dan roket. Namun mujahidin terus merangsek maju, mengepung dan menyerang dengan ganas. Pasukan bantuan yang dikirim oleh rezim Syiah Irak berhasil dikepung dan dihujani tembakan oleh mujahidin. Mujahidin akhirnya berhasil menguasai markas militer musuh dan meledakkannya dengan dengan beberapa bom.
Setelah pertempuran berakhir dengan kehancuran markas militer musuh, konvoi pasukan bantuan rezim Syiah Irak kembali berdatangan. Namun mujahidin menembaki mereka dan berhasil mengecoh mereka sehingga mereka mengejar mujahidin ke killing area yang telah disiapkan oleh mujahidin. Tank-tank, panser-panser dan truk-truk militer rezim Syiah Irak akhirnya hancur satu per satu oleh ranjau-ranjau yang telah disiapkan oleh mujahidin.
Operasi pembebasan tawanan mujahidin di penjara Tasfirat, Tikrit
Para mujahidin yang berhasil kabur dari penjara rezim Syiah Irak di Tasfirat, Tikrit, berjumlah lebih dari 130 orang. Mereka kemudian bergabung kembali dengan Daulah Islam Irak dan dibagi ke dalam beberapa kelompok operasi.
Di sebuah padang pasir, sekelompok mujahidin yang berhasil kabur dari penjara Tasfirat mengisahkan perencanaan dan pelaksaan operasi mereka yang sukses saat melarikan diri dari penjara Tasfirat. Abu Abdurrazzaq Al-Anshari, salah seorang komandan mujahidin tersebut, menceritakan bahwa dalam penjara Tasfirat mereka membentuk tujuh kelompok yang menyerang target-target yang berbeda. Penjara Tasfirat sendiri berada dalam markas militer Tafsirat dan dikelilingi oleh empat lapis tembok yang sangat tinggi.
Abu Ammar Al-Anshari, seorang komandan lainnya menceritakan bagaimana para mujahidin bertempur sekitar satu jam melawan tentara, polisi dan sipir penjara setelah mereka berhasil merebut senjata. Baku tembak sengit berlangsung lebih dari satu jam, mujahidin berhasil merebut senjata dalam jumlah yang sangat banyak dan menghancurkan beberapa kendaraan militer jenis Hammer di pintu gerbang penjara. Para tawanan yang berhasil merampas senjata terlibat bentrokan senjata dengan pasukan rezim, sementara ratusan tawanan lainnya mencoba memanjat tembok-tembok penjara yang sangat tinggi.
Abu Abdurrazzaq Al-Anshari menambahkkan bahwa sebagian kelompok tawanan terlibat baku tembak sengit dengan pasukan anti terror SWAT rezim Syiah Irak selama dua jam lebih, sampai akhirnya mereka berhasil keluar dari penjara dan merampas beberapa Hammer pasukan musuh. para
Operasi jihad di propinsi Ninawa
Mujahidin menempatkan regu-regu penyergapan di wilayah padang pasir propinsi Ninawa untuk menghancurkan pasukan rezim Syiah Irak yang menyerang mujahidin. Konvoi pasukan rezim Syiah memasuki wilayah mujahidin, maka mujahidin menghujaninya dengan tembakan senapan mesin berat, senapan mesin ringan dan senapan serbu. Serangan gencar mujahidin membuat pasukan musuh ragu-ragu antara maju menyerang atau mundur menyelamatkan diri.
Regu infantri mujahidin lalu memancing pasukan musuh untuk mengejar mujahidin dan memasuki “daerah perangkap” mujahidin. Namun pasukan musuh yang sudah dihujani tembakan mujahidin dan ciut nyalinya mengabaikan perintah komandan mereka, dan memilih kabur satu per satu guna menyelamatkan nyawa masing-masing. Akhirnya pasukan musuh melarikan diri semuanya dari medan pertempuran. Mujahidin kemudian menduduki posisi yang hendak dijadikan tempat pertahanan oleh pasukan musuh yang kabur.
Syuhada’ mujahidin
1. Abu Ya’qub Al-Anshari, seorang mujahid yang mendekam dalam penjara rezim Syiah Irak di Tasfirat, Tikrit, propinsi Kirkuk selama 5 tahun, sampai akhirnya berhasil kabur bersama lebih dari seratus mujahidin lainnya. Ia turut serta dalam operasi-operasi jihad “meruntuhkan tembok” sampai akhirnya Allah mengaruniakan kesyahidan kepadanya.
2. Syaikh Abu Thalhah Al-Anshari, singa propinsi Mosul dan Amir mujahidin wilayah utara Irak. Mendekam dalam penjara rezim Syiah Irak selama tujuh tahun dan gugur sebagai syahid di tiang gantungan rezim Syiah Irak pada tahun 2012.
Mujahidin telah melakukan serangan terhadap markas militer rezim Syiah Irak di desa Tanak, propinsi Mosul dengan serangan truk penuh bom sebagai pembalasan atas darah Syaikh Abu Thalhah Al-Anshari. Mujahidin melakukan serangan gencar dan terlibat baku tembak sengit dengan pasukan musuh, untuk mengalihkan perhatian mereka dari serangan truk penuh bom. Abu Tsabit Al-Anshari mengendarai truk yang membawa beberapa ton bom tersebut dan meledakkannya di tengah markas musuh. Akibat ledakan itu markas musuh luluh lantak dan semua tentara di dalam markas tewas.
Pesan hijrah dan jihad dari mujahid Tunisia di Irak
Abu Ziyad Al-Bahhar, seorang pemuda Tunisia yang berhijrah ke Irak dan bergabung dengan mujahidin. Ia menghasung kaum muslimin untuk berhijrah dan berjihad di Irak. Sambil menyitir QS. Al-Ankabut [29]: 1-2, ia menjelaskan bahwa ujian keimanan adalah sebuah keniscayaan.
Abu Ziyad Al-Bahhar mengisahkan sebagian pemuda Tunisia yang berhijrah dan berjihad di Irak, lalu mendekam dalam penjara rezim Syiah Irak selama 7,5 tahun. Saat bebas, mereka kembali ke Tunisia, lalu berhijrah ke Yaman dan bergabung dengan mujahidin Yaman sampai akhirnya mereka menemui kesyahidan. Ia mengingatkan bahwa penjara bukanlah akhir dari perjuangan seorang mujahid. Banyak mujahid yang akhirnya bisa bebas dari penjara, lalu berhijrah dan berjihad kembali sampai mereka menemui kesyahidan.
Saat masih berada di Tunisia, Abu Ziyad Al-Bahhar, selalu berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau menyampaikan aku kepada bulan Ramadhan, kecuali aku telah berada di medan jihad.”
Yayasan Media Al-Furqan dan Al-Fajr Media Center
Rabi’ul Awwal 1434 H
(muhibalmajdi/arrahmah.com)