IDLIB (Arrahmah.com) – Mengutip laporan The Australian (TA) pada Kiblat, Selasa (23/9/2014) dinihari waktu Suriah, Amerika Serikat dan beberapa mitra koalisi Arab melancarkan serangan udara terhadap ISIS di wilayah Raqqah, Suriah.
Pemberitaan di berbagai media ramai mengatakan bahwa ini merupakan kampanye melawan teror ISIS, namun benarkah target mereka “hanya ISIS”? Siapa sajakah negara Arab yang tak malu bermitra dengan AS? Korban “meleset” mana lagi yang ditumbalkan AS? Berikut ulasan singkat mengenai kejanggalan operasi AS dan mitranya melawan ISIS di Suriah.
Target tersembunyi di balik “ISIS”
Menurut liputan CNN mengenai serangan perdana AS terhadap ISIS, operasi dilancarkan menggunakan kombinasi pesawat pengebom dan rudal Tomahawk yang ditembakkan dari kapal perang angkatan laut di laut, mulai Selasa dini hari waktu Suriah dan menewaskan sedikitnya 20 anggota ISIS.
Sementara, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (The Syrian Observatory for Human Rights, SOHR), sedikitnya 20 Mujahidin meninggal dan dua markas hancur total. Disinyalir serangan ini juga menyasar kelompok afiliasi Al-Qaeda di Suriah, Jabhah Nusrah (JN), demikian SOHR melaporkan. Abu Yusuf Al-Turki, ahli dan pelatih penembak jitu JN pun dikabarkan turut meninggal dalam serangan tersebut.
Menurut seorang pejabat AS, serangan udara yang mematikan itu dimulai sekitar Selasa pukul 03.00 dini hari waktu setempat (Selasa 08.00 WIB). Gelombang pertama berlangsung selama 90 menit. Namun, operasi itu diperkirakan akan terus berlanjut selama beberapa jam.
Sesuai rencana mereka, serangan itu melanda sejumlah target, termasuk pasokan senjata dan bangunan yang menjadi serangan bertubi-tubi terhadap markas militan di kota Raqqa dan di perbatasan Suriah. Sebagai catatan, AS telah meluncurkan 190 serangan udara terhadap sasaran ISIS di Irak sejak serangan udara dimulai pada 8 Agustus.
Mitra Koalisi AS
The Australian melporkan bahwa, selain pesawat tempur milik Yordania yang bergabung bersama dengan pesawat lain milik angkatan udara Bahrain dan Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat juga dikonfirmasi sebagai mitra Arab dalam penggempuran udara kali ini.
“Saya konfirmasikan bahwa pasukan militer negara dan mitra yang melakukan aksi militer terhadap IS (Islamic State) di Suriah menggunakan kombinasi serangan berupa (pesawat) pembom dan (rudal) Tomahawk,” kata sekretaris pers Pentagon, Laksamana John Kirby.
Washington tidak menyebutkan secara resmi negara-negara mana saja yang terlibat, atau bagaimana mereka terlibat. Namun, seorang pejabat pertahanan menegaskan bahwa beberapa negara Arab mengambil bagian dalam penggempuran tersebut. Sementara media AS melaporkan bahwa pesawat tempur dari sekutu Arab terbang bersama jet tempur AS.
Pada operasi udara tersebut, rudal Tomahawk ditembakkan dari kapal AS di Teluk Persia Utara dan Laut Merah, kata para pejabat. Sementara pesawat tempur dilesatkan dari kapal induk USS George H.W. Bush yang tengah berada di Teluk. Selain itu, jet tempur US F-22, pesawat perang paling canggih Amerika, juga dijadwalkan untuk ambil bagian dalam serangan ini.
Laporan lain TA menunjukkan bahwa, pasukan khusus Australia dan anggota RAAF berada di UAE. Namun juru bicara Tony Abbott telah mengkonfirmasi bahwa mereka tidak terlibat dalam tindakan awal ini di Suriah.
Sebelumnya berita koalisi menyebar, setidaknya sekitar 30 negara, termasuk negara-negara Arab, baru-baru ini berjanji berkoalisi untuk mendukung Irak dalam memerangi IS “dengan cara apapun yang diperlukan,” meskipun pada saat itu tidak menyebutkan Suriah sebagai target wilayah serang.
Turki tak berandil
Posisi pertempuran di Suriah yang berada lebih dekat ke Turki, tentu menekan pemerintah Erdogan untuk meningkatkan upaya untuk mencegah dan melawan ISIS. Namun Turki menolak berandil dalam serangan tersebut.
Turki khawatir bahwa, dengan mempersenjatai orang Kurdi untuk melawan ISIS akan memperumit pembicaraan damai dengan pemberontak Turki dalam perbatasannya sendiri. Spekulan menyatakan bahwa ini merupakan llangkah tepat Erdogan untuk menghindari bumerang di saat situasi internal Turki rawan pemberontakan. Subhanalah. (adibahasan/arrahmah.com)