LONDON (Arrahmah.com) – Operasi Inggris di Afganistan tidak berguna dan hampir sama dengan permulaan perang Vietnam, kata mantan Komander SAS Maj Sebastian Morley.
Dia mengatakan pemerintah seharusnya menyesal karena kematian empat orang tentara yang seharusnya tak perlu terjadi.
Tetapi MoD bersikeras bahwa tantangan seperti itu bisa ditangani.
Mantan panglima SAS mengundurkan diri sesudah Cpl Sarah Bryant dan tiga orang koleganya meninggal di provinsi Helmand pada Juni 2008 karena tabrakan. Cpl Bryant adalah tentara perempuan pertama yang meninggal di Afganistan.
Maj Morley, 40 tahun, mengatakan dia terpaksa mengundurkan diri sesudah Quentin Davies, Menteri Pertahanan, berbohong seputar kematian tentaranya. Davies mengatakan Morley bisa memilih kendaraan lain, meskipun ia kemudian mengatakan ia tidak bermaksud melakukan pelanggaran.
Untuk pertama kalinya sejak pengunduran dirinya, Maj Morley mencemooh sejumlah serangan dalam rangka kampanye militer negaranya.
“Hal seperti ini serupa dengan awal konflik Vietnam, ada lebih banyak lagi yang akan datang.”
“Kami menangani wilayah yang sangat kecil di Helmand dan kami seperti sedang membohongi diri sendiri jika kami berpikir pengaruh kami akan terasa hingga 500 meter dari basis keamanan kami.”
“Kami pergi beroperasi, bertarung dengan Taliban lalu kembali untuk ke kemah untuk minum teh. Kami tidak menguasai apapun,” tutur Morley.
Dan, menanggapi penggunaan Snatch Land Rovers, yang ia menganggap kendaraan tersebut tak aman dan ia mendesak keputusannya untuk mengundurkan diri, kata Morley: “saya mesti mengundurkan diri.”
“Saya sudah memperingatkan (MoD) berulang-ulang kali bahwa akan banyak kematian yang tak perlu jika kami tidak diberi perlengkapan benar, dan mereka mengabaikan nasehat ini. Tidak ada kendaraan lain untuk kami gunakan,” lanjutnya sambil memendam kekecewaan atas pengalamannya sendiri. (Althaf/arrahmah)