MOSKOW (Arrahmah.com) – Sudah lebih dari delapan bulan sejak Rusia campur tangan dalam perang Suriah, dan saat itu Putin mengatakan tidak ada rencana untuk berpartisipasi dalam operasi darat, namun ia hanya mengatakan “untuk saat ini”.
Presiden Rusia dilaporkan sedang berdiskusi dengan para komandan militer untuk kemungkinan penyebaran pasukan darat di medan tempur, lansir Al Jazeera pada Jum’at (3/6/2016).
“Ini sedang dibahas, ada rencana untuk hal itu,” ujar Andrei Fyodorov, mantan wakil menteri untuk urusan luar negeri mengatakan kepada Al Jazeera.
Bala bantuan bisa pasukan khusus atau tentara atau relawan yang bersedia untuk bertempur bersama tentara rezim Nushairiyah dan sekutunya.
“Ini adalah isu yang sensitif bagi militer kami. Ada keraguan serius bahwa setiap partisipasi oleh Rusia di darat akan menguntungkan atau mempersulit proses negosiasi dan menyebabkan perbedaan pendapat lebih lanjut dengan AS,” klaim Fyodorov.
Namun terdapat orang-orang di lingkaran politik Rusia yang yakin penyebaran tersebut sangat “diperlukan”. Ada suara-suara dalam pemerintahan dan militer Rusia yang mendorong untuk operasi darat.
Senjata Rusia terbukti mencegah runtuhnya rezim Asad tahun lalu. Dan hingga saat ini Damaskus masih terus berjuang untuk mendapatkan kembali kontrol wilayah yang hilang.
Kremlin mengklaim bahwa mereka menginginkan keseimbangan dalam mendukung sekutunya, hingga memungkinkan sekutunya untuk mendapatkan keuntungan di meja perundingan.
Tapi garis pertempuran tidak berubah dan pembicaraan damai tidak menghasilkan apa-apa. Tidak ada pihak yang bersedia berkompromi atau cukup kuat untuk memaksakan penyelesaian.
“Dari sudut pandang Rusia, Asad harus mengontrol 70 persen wilayah Suriah, dan dengan cara itu Anda dapat mengadakan pemilihan dan itu akan menguntungkan bagi Asad. Itulah sebabnya isu operasi darat menjadi lebih aktual,” lanjut Fyodorov.
Intervensi Rusia di Suriah sangatlah mahal, miliaran dollar telah dihabiskan dan negara tersebut saat ini sedang menderita krisis ekonomi. Kremlin mengklaim tidak pernah ingin terlibat dalam perang permanen, namun saat ini mereka sulit untuk keluar dari konflik yang telah menariknya sangat dalam. (haninmazaya/arrahmah.com)