MUSCAT (Arrahmah.com) – Oman menggambarkan ‘Israel’ sebagai sebuah negara Timur Tengah yang diakui pada Sabtu (27/10/2018), sehari setelah menjadi tuan rumah kunjungan tiba-tiba oleh perdana menteri yang mengatakan Washington dapat membantu upaya perdamaian regional.
Oman menawarkan berbagai ide untuk membantu ‘Israel’ dan Palestina untuk bersatu tetapi tidak bertindak sebagai mediator, Yousuf bin Alawi bin Abdullah, menteri kesultanan yang bertanggung jawab untuk urusan luar negeri, mengatakan pada pertemuan keamanan di Bahrain.
“‘Israel’ adalah negara yang hadir di kawasan ini, dan kita semua memahaminya,” kata Yousuf. “Dunia juga menyadari fakta ini. Mungkin sudah waktunya bagi ‘Israel’ untuk diperlakukan sama [sebagaimana negara-negara lain] dan juga menanggung kewajiban yang sama.”
Komentarnya mengikuti kunjungan langka ke Oman oleh Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu yang datang beberapa hari setelah Presiden Palestina Mahmoud Abbas membayar kunjungan tiga hari ke negara Teluk itu. Kedua pemimpin bertemu dengan Yang Mulia Sultan Qaboos bin Said dari Oman.
“Kami tidak mengatakan bahwa proses ini mudah, tetapi prioritas kami adalah mengakhiri konflik dan bergerak menuju dunia baru,” kata Yousuf kepada pertemuan itu.
“Oman mengandalkan AS dan upaya Presiden Donald Trump yang berusaha keras merealisasikan ‘kesepakatan abad ini'(perdamaian Timur Tengah),” tambahnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa menyuarakan dukungan untuk Oman atas peran kesultanan dalam upaya untuk mengamankan perdamaian ‘Israel’-Palestina. Pada saat yang sama, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al Jubeir mengatakan kerajaan percaya kunci untuk normalisasi hubungan dengan ‘Israel’ adalah proses perdamaian.
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis, dan rekan-rekannya di Italia dan Jerman juga berpartisipasi dalam pertemuan puncak yang berlangsung selama tiga hari ini. (Althaf/arrahmah.com)