JEDDAH (Arrahmah.com) – Karena meningkatnya reaksi anti-Muslim setelah serangan teror Paskah, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) telah memperingatkan peningkatan insiden anti-Muslim di Sri Lanka.
“OKI telah memantau dengan cermat situasi umat Islam di Sri Lanka,” kelompok dengan 57 negara anggota itu mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Rabu (3/7/2019) malam.
OKI yang berbasis di Jeddah menyuarakan keprihatinannya atas “meningkatnya insiden intimidasi, retorika anti-Muslim dan pidato kebencian yang diumumkan oleh kelompok-kelompok tertentu di Sri Lanka”.
OKI juga memperbarui seruannya pada pemerintah Sri Lanka “untuk melawan dengan tegas penyebaran retorika kebencian dan intoleransi, sambil memastikan keamanan dan keselamatan komunitas Muslim di negara itu”.
Selain itu, OKI juga menegaskan kembali “sikap tegas melawan terorisme dan ekstremisme dalam segala bentuk dan manifestasinya,” menekankan bahwa “terorisme tidak memiliki agama dan bahwa tidak ada masyarakat yang harus bertanggung jawab atas tindakan para ekstremis”.
Setelah serangan teroris mematikan di Sri Lanka, yang menewaskan lebih dari 250 orang dan melukai 500 lainnya, banyak orang-orang anti-Muslim bersiap untuk balas dendam. Akibatnya banyak masjid, bisnis milik Muslim dan rumah-rumah dijarah dan dibakar. Bahkan massa di distrik Puttalam, Sri Lanka, membunuh seorang pria Muslim, meskipun diberlakukan jam malam nasional di tengah insiden kekerasan anti-Muslim yang semakin sering terjadi.
Muslim di Sri Lanka berjumlah sekitar 9% dari total 21 juta orang populasi di Sri Lanka dan sebagian besar tinggal di bagian timur dan tengah pulau. Masjid dan properti milik Muslim di negara itu telah banyak diserang, terutama oleh umat Buddha Sinhala. Beberapa nasionalis Buddhis telah memprotes kehadiran para pencari suaka Rohingya Muslim di Sri Lanka dari sebagian besar umat Buddha Myanmar, di mana nasionalisme Buddha juga meningkat. (rafa/arrahmah.com)