JAKARTA (Arrahmah.com) – Organisasi Konferensi Islam (OKI) berkomitmen untuk memberi bantuan dana dalam pembangunan minimal 4.000 dari 8.000 unit rumah yang hancur akibat konflik etnis di Rakhine, Myanmar. Rumah yang dibangun tersebut bukan hanya ditujukan kepada masyarakat muslim etnis Rohingya, melainkan juga masyarakat etnis Rakhine.
“Desa-desa mereka harus dibangun kembali agar proses perdamaian antara etnis Rakhine dan Rohingya di Myanmar bisa tercipta,” kata Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla saat berbicara mengenai hasil kunjungan lapangannya ke barak pengungsi etnis Rohingya dan Rakhine di Sittwe, Myanmar, Minggu (12/8) dikutip antaranews.
Ia mengungkapkan, komitmen tersebut dibuat setelah PMI bersama dengan OKI dan Bulan Sabit Merah Qatar bertemu dengan Menteri Urusan Perbatasan Myanmar Thein Htay. Menurut Kalla, pembangunan tersebut dilakukan sebagai bagian dari rencana pemerintah Myanmar untuk merehabilitasi kembali permukiman yang hancur akibat konflik komunal antara etnis Rohingya dan Rakhine itu. “Jadi komitmen ini hanya mengikuti kerangka program pemerintah Myanmar saja. Kita tidak mengatur mereka,” ujarnya.
Kalla menjelaskan, hasil pertemuan tersebut akan dilaporkan kepada sekretariat OKI di Jeddah untuk diputuskan langkah konkretnya. “Pertengahan bulan ini akan ditentukan masing-masing negara anggota OKI berkontribusi berapa. Termasuk juga pemerintah Indonesia,” ungkapnya.
Ketika ditanya mengapa etnis Rakhine juga mendapatkan bantuan, Kalla menegaskan dalam misi kemanusiaan, pihak yang membantu harus imparsial (tidak memihak). Walaupun mayoritas yang hancur merupakan rumah milik etnis Rohingya, korban jiwa yang timbul tidak jauh beda jumlahnya.
“Jadi dari misalnya 4.000 rumah yang akan kita bangun, kedua etnis Rohingya dan Rakhine mendapatkan bantuan ini,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, Kalla kembali menjelaskan, konflik yang terjadi di Myanmar lebih dikarenakan etnis Rakhine sebagai penduduk asli bersinggungan dengan penduduk pendatang, etnis Rohingya. “Jadi tidak ada pembersihan etnis. Namun kalau didiamkan berpotensi menjadi konflik agama,” ungkapnya.
Karena itu mantan Wakil Presiden Republik Indonesia ini sangat menyesalkan aksi anarkis yang dilakukan sejumlah pihak yang melempari rumah ibadah umat Budha dan aksi yang menyerang fasilitas pemerintah Myanmar di Indonesia. Ia meminta rakyat Indonesia agar tidak terpancing provokasi ormas beragama tertentu yang justru akan menambah keruh kehidupan beragama di Indonesia.
“Tidak bijak lah jika tidak pernah datang langsung ke lokasi konflik tersebut justru memicu konflik baru di tanah air dengan alasan sentimen keagamaan,” tegasnya. (bilal/arrahmah.com)