JALUR GAZA (Arrahmah.id) – Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengutuk upaya “Israel” untuk memasukkan badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) sebagai kelompok teroris.
Dilansir Anadolu pada Senin (3/6/2024), dalam sebuah pernyataan OKI mengatakan, “Mengecam keras tindakan ilegal ‘Israel’ untuk melemahkan status dan peran UNRWA melalui upaya mengklasifikasikannya sebagai ‘organisasi teroris’ dan mencabut kekebalan dan hak istimewa yang diberikan kepada para pegawainya.”
“Upaya-upaya ini terjadi di tengah eskalasi serangan langsung terhadap fasilitas-fasilitas badan tersebut (di Jalur Gaza), yang menyebabkan terbunuhnya 192 karyawannya,” tambahnya.
Sebelumnya, pada Rabu (29/4) , Knesset (parlemen “Israel”) mengajukan RUU untuk mencabut kekebalan dan hak istimewa yang diberikan kepada para karyawan UNRWA, dalam sebuah langkah yang dilihat oleh Palestina dan PBB sebagai bagian dari kampanye “Israel” untuk membubarkan badan PBB tersebut dan menyelesaikan masalah pengungsi.
“Israel” menuduh para pegawai UNRWA berkontribusi terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, dan mengklaim bahwa sistem pendidikan badan tersebut mendukung terorisme dan kebencian.
OKI menganggap kampanye “Israel” terhadap UNRWA sebagai “perpanjangan dari pelanggaran serius ‘Israel’ terhadap Piagam PBB, Konvensi Hak-hak Istimewa dan Kekebalan PBB, Konvensi Jenewa Keempat, dan resolusi-resolusi PBB yang relevan.”
“Israel” telah melancarkan serangan brutal ke Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, menewaskan lebih dari 36.400 orang, yang sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 82.600 orang lainnya, ungkap otoritas kesehatan setempat.
Hampir delapan bulan setelah serangan “Israel”, sebagian besar wilayah Gaza hancur dan penduduknya hidup dengan kekurangan pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan akibat blokade “Israel” yang melumpuhkan.
“Israel” dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang keputusan terakhirnya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, tempat di mana lebih dari 1 juta orang Palestina mengungsi dari perang. (Rafa/arrahmah.id)