KUALA LUMPUR (Arrahmah.com) – Organisasi Konferensi Islam (OKI), pada Kamis (19/1/2017) menyatakan “keprihatinan serius” tentang kekerasan di negara bagian Rakhine yang telah menewaskan dan memaksa ribuan Muslim Rohingya melarikan diri dari Myanmar.
Dalam komunike akhir yang dikeluarkan setelah pertemuan mengenai nasib minoritas Muslim Rohingya, para menteri luar negeri OKI mendesak Myanmar untuk mengambil langkah-langkah tegas dalam rangka memulihkan ketenangan di daerah yang terkena dampak dan melindungi kelompok yang rentan terkena konflik.
“Pemerintah Myanmar harus memastikan bahwa pasukan keamanan mereka bertindak sesuai dengan aturan hukum dan bahwa semua pelaku tindak kekerasan harus bertanggung jawab,” katanya.
Mereka juga mengatakan pemerintah harus mematuhi hukum dan perjanjian internasional serta nilai-nilai kemanusiaan. Selain itu, mereka pun mendesak Myanmar bekerja untuk menghentikan kekerasan dan diskriminasi terhadap minoritas Rohingya.
Sambil memperbarui seruannya untuk pemulihan kewarganegaraan bagi Rohingya yang dicabut pada tahun 1982, OKI mendorong Myanmar untuk bekerja untuk menghilangkan akar penyebab yang mempengaruhi Minoritas Muslim Rohingya. OKI pun menyeru masyarakat internasional untuk mendukung mereka yang terkena dampak krisis dengan bantuan kemanusiaan.
Sejak Oktober, Malaysia telah mengkritik pemerintah dan militer Myanmar atas kekerasan yang sedang berlangsung di Rakhine – yang disebut oleh beberapa pejabat sebagai “pembersihan etnis”. Malaysia membatalkan dua pertandingan sepakbola yang dijadwalkan berlangsung di Myanmar pada bulan Januari dan meminta pertemuan darurat dengan Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi.
Desember lalu, wakil direktur jenderal Kantor Presiden Myanmar menanggapi sikap Malaysia ini dengan dengan mengatakan bahwa berdasarkan prinsip-prinsip Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), setiap anggota dilarang mencampuri urusan internal anggota lainnya. (althaf/arrahmah.com)