WASHINGTON (Arrahmah.com) – Dalam pra tinjau pidatonya, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mengatakan aksi militer AS di Libya terkait dengan kepentingan nasional AS. Obama pun menyatakan misinya cukup jelas dan terarah.
Obama dijadwalkan untuk berbicara kepada bangsanya mengenai Libya pada Senin malam dari Universitas Pertahanan Nasional di Washington.
Obama menyatakan bahwa AS seharusnya tidak selalu ikut campur jika ada konflik di suatu negara. Namun situasi seperti Libya serta munculnya aksi bersama dari bangsa-bangsa lain, maka AS harus bergabung dengan upaya untuk mencegah tragedi lebih lanjut.
“Saya sangat percaya bahwa ketika orang yang tidak bersalah menjadi korban kebrutalan, seorang seperti Qaddafi mengancam pertumpahan darah yang bisa merusak kestabilan seluruh wilayah, dan ketika masyarakat internasional siap untuk datang bersama-sama demi menyelamatkan ribuan jiwa, maka dalam kepentingan nasional kami akan bertindak,” katanya.
Sementara AS terus menyediakan banyak senjata berupa kapal rudal jelajah, NATO sedang dalam proses mengambil alih peran utama dalam menegakkan zona larangan terbang dan embargo senjata di Libya. Rencana pengambilalihan ini diharapkan akan selesai pada Senin.
Dalam pidato radio hari Sabtu (26/3), Obama mengulangi pernyataannya bahwa tidak ada pasukan darat AS yang akan dilibatkan di Libya. Pada saat yang sama, AS dan sekutunya sedang mempertimbangkan apakah akan memberikan senjata kepada pemberontak Libya atau tidak, lapor Washington Post.
Pada hari yang sama, para penentang Gaddafi berhasil merebut kembali sebuah kota yang menjadi gerbang timur, Ajdabiya, mengikuti serangan udara internasional terhadap pasukan Gaddafi.
Tidak seperti Irak dan Afghanistan, Obama tampak enggan untuk membuat pidato utama tentang Libya. Sejumlah pajabat pemerintahan Obama menolak menggunakan kata “perang” untuk keterlibatan AS dalam invasi terhadap Libya. Pentagon menyebutnya sebagai “tindakan militer kinetik.” (althaf/arrahmah.com)