WASHINGTON (Arrahmah.com) – Presiden negara penjajah Amerika Serikat, Barack Obama telah menyetujui penggunaan pesawat tak berawak bersenjata di Libya, menyetujui serangan udara AS terhadap pasukan darat Libya untuk pertama kalinya sejak kontro operasi militer diserahkan ke NATO.
Misi drone pertama sejak Obama menyetujui, diterbangkan pada Kamis (21/4/2011), namun pesawat yang dipersenjatai dengan rudal Helfire, kembali ke pangkalan karena cuaca buruk.
Drone AS secara rutin telah terbang di langit Libya untuk misi “pengintaian”, ujar Robert Gates, Menteri Pertahanan AS kepada wartawan di Pentagon pada Kamis (21/4).
Dia mengatakan AS akan menyediakan dua patroli tempur udara 24 jam sehari oleh pesawat tak berawak.
Pejabat militer AS, James Cartwright mengklaim bahwa drone dapat membantu menangkal taktik tentara pro-Gaddafi yang berpergian menggunakan kendaraan sipil yang membuatnya sulit untuk membedekan mereka dari tentara pemberontak.
“Apa yang menjadikan mereka unik adalah kemampuan mereka terbang lebih rendah, karena itu bisa mendapatkan visibilitas yang lebih baik pada target,” klaim Cartwright.
“Mereka cocok untuk daerah perkotaan,” tambahnya.
Dia menambahkan, “Ini sangat sulit untuk memilih teman dari musuh. Jadi, kendaraan seperti Predator yang bisa turun lebih rendah dan bisa mendapatkan ID lebih baik, akan membantu kami.”
AS, kata Obama, tidak akan lagi melakukan serangan udara di Libya untuk “melindungi” sipil.Bualan semata
Seperti yang sudah-sudah, AS selalu mengklaim bahwa senjata yang dipilihnya akan bekerja dengan baik, meminimalisasi korban sipil. Namun fakta di lapangan, sejak AS dan sekutunya melakukan intervensi militer di Libya, ratusan korban sipil telah berguguran. Baik sipil bersenjata maupun pejuang revolusi.
Tentara salibis AS dan NATo terbukti tak hanya menghantam target-target tentara pro-Gaddafi, mereka juga menghantam posisi sipil. Selain itu AS dan NATO menggunakan senjata kontroversial dalam operasi militernya di Libya, seperti penggunaan bom uranium yang berbahaya bagi kesehatan.
Lihat saja yang terjadi di Pakistan. Berulangkali AS mengklaim menargetkan Taliban dan mengatakan bahwa Predator mereka memiliki kemampuan yang baik untuk mengenali target. Tapi kenyataanya, sipil Pakistan yang menjadi korban.
Sejak serangan drone As diluncurkan pertama kali di bawah komando Bush dan diikuti oleh Obama, ribuan sipil Pakistan di wilayah baratlaut telah menjadi korban operasi busuk mereka.
Dan baru-baru ini, AS menyatakan akan terus melancarkan serangan drone di Pakistan meskipun seruan untuk menghentikan serangan tersebut semakin kuat terdengar, namun AS tidak mempedulikannya. (haninmazaya/arrahmah.com)