KABUL (Arrahmah.com) – Presiden negara penjajah AS, Barack Obama, telah mengumumkan rencana untuk memperluas peran militer AS di Afghanistan dan menyimpan hingga 9.800 tentara di sana hingga akhir 2016.
Obama mengklaim akan menarik seluruh pasukan dan hanya menyisakan sedikit untuk ditempatkan di Kedubes AS di Kabul pada tahun 2017.
Berdasarkan rencana baru tersebut, jumlah pasukan akan dikikis hingga hanya berjumlah 5.500 dalam beberapa waktu pada tahun 2017 dan akan berbasis di Kabul, Bagram, Jalalabad dan Kandahar.
Ia mengklaim bahwa ia tidak mendukung gagasan perang tak berujung, dan ia tetap mengatakan yakin bahwa AS tidak akan memungkinkan Afhanistan menjadi tempat yang aman bagi Taliban dan Al-Qaeda, seperti dilaporkan Al Jazeera pada Kamis (15/10/2015).
“Sejak memimpin keamanan awal tahun ini, pasukan Afghanistan terus meningkat,” klaimnya untuk menguatkan semangat pasukan boneka Afghanistan meskipun pada faktanya banyak wilayah yang telah jatuh ke tangan Imarah Islam Afghanistan (IIA) dalam beberapa bulan terakhir.
“Di beberapa wilayah kunci, situasi keamanan masih sangat rapuh, dan di beberapa tempat ada resiko kerusakan,” lanjutnya.
Martin Reardon yang selama 21 tahun menjadi penasehat senior presiden FBI, konsultan strategis keamanan dan intelijen mengklaim bahwa keputusan tersebut diambil untuk terus memberikan pelatihan kepada pasukan Afghanistan.
“Ini adalah perang terlama AS yang pernah ada,” ujar Reardon. “Mereka sudah membantu (pemerintah boneka Afghan) selama beberapa dekade dan keputusan ini bisa membuktikan komitmen jangka panjang.”
Namun Zabiullah Mujahid, juru bicara IIA mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka akan melanjutkan perjuangan mereka melawan pasukan asing sampai semuanya meninggalkan negara itu.
“Keputusan mereka untuk memasuki Afghanistan namun Jihad kami telah memaksa mereka untuk pergi. Ini akan berlanjut sampai orang terakhir (dari pasukan asing) keluar dari negara kami,” ujar Mujahid.
“Perjuangan kami tetap kuat bahkan setelah satu dekade invasi.”
Akhir bulan lalu, Mujahidin IIA berhasil mengambil alih kontrol atas kota strategis Kunduz. Jatuhnya Kunduz merupakan pukulan terbesar bagi pasukan boneka Afghan yang dlatih NATO. Mujahidin akhirnya mundur dari Kunduz demi menyelamatkan kehidupan dan harta benda warga sipil Kunduz. Karena sejak IIA menguasai kota tersebut, serangan udara pengecut AS gencar dilancarkan dan menargetkan serta menghancurkan rumah-rumah sipil, rumah sakit dan target lainnya. (haninmazaya/arrahmah.com)