WASHINGTON (Arrahmah.com) – Jumat (22/4/2011) Gedung Putih mengumumkan bahwa presiden Amerika Serikat Barack Obama akan menerima Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammaed bin Zayed an-Nahayan pada 26 April untuk membicarakan kepentingan strategis bersama di Timur Tengah.
Pertemuan itu diumumkan sepekan setelah Putra Mahkota bertemu Kepala Komando Pusat AS Letnan Jenderal James Mattis, saat ketegangan meningkat di antara negara-negara Arab dan Iran.
“Presiden menanti-nanti untuk membicarakan dengan Putra Mahkota, hubungan kuat antara AS dan UAE serta kepentingan strategis kami di kawasan itu,” kata Gedung Putih.
Situasi tegang di antara negara-negara Arab Teluk dan Iran memburuk setelah intervensi pasukan keamanan Teluk pada pertengahan Maret lalu, yang mencakup satu-kesatuan dari UAE, di Bahrain yang diperintah Sunni, tempat pasukan keamanan menumpas demonstrasi prodemokrasi pimpinan Syiah.
Intervensi itu telah memicu perang kata antara berbagai negara Arab Teluk dan tetangga mereka Iran, dengan kedua belah pihak saling tuduh telah campur tangan di Bahrain, dan negara-negara Arab menduga campur tangan Iran di Kuwait.
AS dan berbagai negara Barat lainnya menuduh Teheran berusaha mendapatkan senjata nuklir dan mendukung gerilyawan di Irak.
Menyedihkan sekali kondisi ummat Islam saat ini, saat terjadi permasalahan mereka lebih mempercayakan penyeleseian masalah melalui kaum kafir. Padahal orang-orang kafir itu saling bantu membantu dalam memusuhi kaum muslimin karena itu dilarang menjadikan mereka sebagai pemimpin ataupun hakim dalam menyeleseikan permasalahan di kalangan kaum muslimin.
Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang- orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, ( yaitu ) di antara orang- orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang- orang yang kafir ( orang- orang musyrik ). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul- betul orang- orang yang beriman.( QS. Al-Maidah: 57). (m1/arrahmah.com)