WASHINGTON (Arrahmah.com) – Presiden Barack Obama mengirimkan lima pejabat militernya ke Sudan Selatan di tengah meruaknya kekerasan baru-baru ini di negara Afrika tersebut, Al Ahram Online melansir pada Rabu (11/1/2012).
Gedung Putih menyatakan bahwa pasukan AS akan bergabung dengan pasukan misi PBB di ibukota Juba dan memfokuskan pada perencanaan dan operasi strategis di Sudan. Mereka tidak diperkirakan untuk terlibat dalam operasi tempur, namun akan dipersenjatai untuk perlindungan pribadi.
Obama mengeluarkan sebuah memorandum pada hari Selasa (10/1/2012) menyatakan bahwa para perwira AS tidak bisa diadili oleh Mahkamah Pidana Internasional selama penyebaran mereka karena Sudan Selatan tidak berpihak pada ICC. Gedung Putih mengatakan pemerintahannya menggunakan maksud yang sama seperti ketika AS mengirim pasukan untuk misi PBB di Haiti dan Liberia.
Kloter pertama pasukan AS diperkirakan akan berangkat ke Sudan Selatan akhir pekan ini. Pentagon mengatakan tidak ada rencana untuk memperluas kontribusi AS untuk misi PBB.
Sejak memperoleh kemerdekaan pada bulan Juli, Sudan Selatan telah dilanda oleh konflik internal. Kelompok bantuan memperkirakan bahwa 60.000 orang terkena wabah kekerasan baru-baru ini, dan PBB mengatakan puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka dan sangat membutuhkan gizi tinggi makanan, air bersih, perawatan kesehatan, dan tempat tinggal.
Kekerasan juga telah memanas di perbatasan baru dengan Sudan. Kedua negara ini belum mencapai kata sepakat untuk berbagi kekayaan minyak di wilayah tersebut.
Dalam menanggapi kekerasan, Obama mengeluarkan sebuah memorandum yang terpisah pekan lalu yang memberikan otoritas kepada AS untuk mengirim senjata dan bantuan pertahanan bagi Sudan Selatan.
AS sangat mendukung Sudan Selatan dan berperan aktif dalam mendorong kemerdekaan negara tersebut. Washington begitu sigap mengucurkan dana bantuan pertanian dan investasi swasta. Bahkan pemerintahan Obama sendiri juga telah resmi membuka investasi Amerika pada sektor minyak Sudan Selatan.
Israel juga memperlihatkan antusiasmenya untuk berinvestasi di Sudan Selatan. Menurut Radio Israel, sejumlah perusahaan Israel telah memulai proyek pembangunan infrastruktur di Sudan Selatan.
Pada hari Selasa (10/1) Kementerian luar Negeri Israel telah mengumumkan penunjukan duta besar non-residen – Haim Koren – untuk Sudan Selatan. Haim adalah seorang ahli akademik dalam urusan Sudan Selatan.
Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir, mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Israel pada Desember untuk membahas kerjasama antara kedua negara. (althaf/arrahmah.com)