WASHINGTON (Arrahmah.com) – Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, telah mengadakan pertemuan dengan para penasihatnya untuk membahas strategi Afghanistan, bersamaan dengan munculnya perdebatan mengenai pengiriman pasukan tambahan untuk mendukung perang melawan Taliban.
Joe Biden, wakil presiden, Hillary Clinton, sekretaris negara, Robert Gates, sekretaris pertahanan, dan pejabat senior lainnya akan bertemu dengan Obama di Gedung Putih pada hari Senin depan.
Ini akan menjadi pertemuan kesembilan sejak Jenderal Stanley McChrsytal, pejabat tinggi Amerika Serikat dan komandan NATO di Afghanistan, meminta agar pemerintahnya mengirimkan 40.000 pasukan tambahan akan dikirim ke Afghanistan untuk mencegah kegagalan misi.
Namun, tidak ada keputusan yang diperkirakan akan diumumkan pada Senin mendatang paling cepat.
“Keputusan itu tidak akan terjadi minggu ini,” Robert Gibbs, juru bicara Gedung Putih, mengatakan.
“Yang pasti kemungkinan waktunya setelah minggu depan.”
Berbagai pilihan
Gibbs mengatakan bahwa rapat dewan keamanan nasional hari Senin mendatang adalah sebuah kesempatan untuk menjawab beberapa pertanyaan presiden.
Obama dan para penasihatnya memiliki beberapa pilihan yang diperdebatkan, mulai dari mengirim puluhan ribu lebih banyak pasukan sebagaimana diminta oleh McChrystal hingga pada pembatasan tambahan pasukan dan berkonsentrasi pada penyerangan al-Qaidah.
Namun menurut laporan, para penasihat lebih setuju pada penambahan antara 30.000-40.000 pasukan dan pelatih untuk dikirim ke Afghanistan.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh Washington Post-ABC News pekan lalu menemukan bahwa 46 persen warga Amerika mendukung penambahan pasukan dalam jumlah besar untuk memerangi Taliban dan melatih militer Afghanistan, sementara 45 persen mendukung tetap menyepakati penambahan pasukan namun dalam jumlah yang tidak banyak untuk memusatkan perhatian pada pelatihan pasukan keamanan Afghanistan.
Keputusan Obama juga semakin rumit karena muncul keprihatinan tentang korupsi dan kondisi pemerintahan di bawah piminan Hamid Karzai.
Karzai dilantik untuk masa jabatan keduanya pekan lalu setelah pemilihan diwarnai oleh kecurangan yang meluas serta lelucon penantang satu-satunya (Abdullah Abdullah) yang menolak untuk ambil bagian dalam pemilihan putaran kedua.
Penundaan dan keraguan
Lambatnya Obama dalam menentukan keputusan tentang Afghanistan ini telah menyebabkan munculnya kritik dari oposisi Partai Republik, yang cenderung mendukung pengiriman sejumlah besar pasukan.
Dick Cheney, mantan wakil presiden, mengatakan pada Senin (23/11), “Penundaan ini bukan berarti tanpa resiko.”
“Setiap hari yang berlalu menimbulkan keraguan dalam benak teman-teman kita di Afghanistan tentang apa yang akan anda (Obama) lakukan, menimbulkan keraguan dalam benak pasukan,” kata Cheney.
Gibbs membela presiden, dengan mengatakan bahwa Obama tengah dihadapkan pada pembuatan “keputusan yang rumit”.
“Saya pikir rakyat Amerika menginginkan presiden untuk meluangkan waktu untuk membuat keputusan ini dengan benar, bukan keputusan yang tergesa-gesa,” katanya.
Sementara itu, tujuh tentara internasional, termasuk empat dari AS, tewas dalam serangan di Afghanistan.
Dua tentara AS tewas oleh bom pinggir jalan, satu lagi tewas dalam serangan dan keempat lainnya dibunuh oleh sebuah alat peledak yang telah diimprovisasi, sebagaimana dinyatakan oleh ISAF NATO.
Tiga lainnya yang terbunuh merupakan tentara Afghanistan akibat terkena ledakan bom saat berpatroli di provinsi Helmand.
Saat ini ISAF memiliki 71.000 pasukan di Afghanistan, hampir setengah dari mereka dikirim oleh Amerika. Militer Amerika juga memiliki 36.000 prajurit lain di Afghanistan yang bertugas secara independen di luar komando NATO. (althaf/alj/arrahmah.com)