WASHINGTON (Arrahmah.com) — Obama, Presiden pertama AS dari kalangan kulit hitam berhasil menarik perhatian masyarakat internasional. Euforia Obama seperti bergema di berbagai penjuru dunia. Tak ketinggalan, sebagian ummat Islam pun ikut hanyut, menaruh harapan besar di pundak Presiden ke-44 AS ini.
Namun, sebagian ummat Islam lainnya sama sekali acuh bahkan tidak sudi berharap pada dirinya. Jika Obama menjadi pemimpin AS, apa untungnya buat ummat Islam? Apakah perangan terhadap Islam akan berhenti? Jawabannya, dapat dipastikan tidak!
Presiden Barack Obama, kini tengah mencari sekutu di regional melalui cara-cara diplomatik untuk menjalankan misinya di Afganistan. Saat ini, selain di Afganistan, desakan antimiliter Negara Paman Sam juga tengah berkembang di Pakistan.
Selain itu hanya enam dari tiga puluh enam anggota NATO yang merespon positif kebijakan AS untuk melanjutkan perang di AS. Mereka memilih menyelamatkan ekonomi dalam negeri mereka ketimbang mendanai perang.
Pemerintahan Obama berencana mengirimkan lagi puluhan ribu tentaranya ke Afghanistan, walaupun diragukan apakah hal tersebut akan benar-benar dilaksanakan atau hanya propaganda semata. Mengingat krisis ekonomi yang parah sedang menjangkiti negeri ini.
“Kami bakal mengerahkan semua elemen baik diplomasi, pembangunan, maupun pertahanan kepada semua pihak di Afganistan dan Pakistan,” begitu kata Menteri Luar Negeri Hillary Clinton beberapa waktu lalu.
Pertahanan dan kekuatan mujahidin Afghanistan kini semakin meningkat. Sebagian besar wilayah Afghanistan telah dikuasai mereka, setiap harinya ada saja tentara kafir yang tewas di wilayah Afghanistan dan perbatasan Pakistan. Hal ini menjadikan Amerika geram, namun Amerika tak lagi memiliki cukup uang untuk mendanai nafsu perangnya. Hingga mereka mencari cara untuk melanjutkan misinya di Afghanistan, yaitu, mencari sekutu-sekutu baru. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)