WASHINGTON (Arrahmah.com) – Presiden AS, Barack Obama, memberikan pidato pada Selasa (25/9/2012) film anti-Islam yang menyulut aksi protes berujung kekerasan di seluruh dunia Arab.
Mengambil podium di PBB enam minggu sebelum pemilihan presiden AS, Obama berusaha untuk menepis kritikan dari saingannya Mitt Romney (kubu Republik), yang telah menuduhnya salah menangani pemberontakan Musim Semi Arab, merusak hubungan dengan Israel, dan tidak cukup tegas terhadap Iran.
Obama juga menantang para pemimpin dunia untuk bersatu melawan kekerasan anti-Amerika yang melanda banyak negara Muslim dalam beberapa pekan terakhir dan untuk mempromosikan toleransi di tengah kemarahan atas video kasar yang membuat Islam tersinggung.
“Tidak ada kata-kata yang memaafkan pembunuhan orang tak berdosa,” katanya.
Presiden mengatakan kepada Majelis Umum bahwa Amerika Serikat tidak ada hubungannya dengan film anti-Islam yang mengejek Nabi Muhammad SAW dan telah menyulut protes anti-Amerika di seluruh dunia Muslim.
“Mari kami ingat bahwa umat Islam paling menderita di tangan ekstremisme. Fitnah terhadap Nabi harus dikutuk sama seperti gereja-gereja yang dirusak dan peristiwa Holocaust,” kata Obama.
Obama pun pada hari Selasa (25/9) bersumpah untuk memburu orang-orang yang di balik “serangan terhadap Amerika” di Libya yang menewaskan Dubes AS, Chris Stevens, dua pekan lalu dan mengatakan film “menjijikkan” yang menghina umat Islam tidak memiliki alasan untuk memunculkan kekerasan tersebut.
“Serangan-serangan terhadap warga sipil kami di Benghazi adalah serangan terhadap Amerika. Seharusnya tidak ada keraguan bahwa kami akan terus-menerus melacak para pembunuh dan membawa mereka ke pengadilan,” kata Obama.
“Hari ini, kami harus menegaskan bahwa masa depan kami akan ditentukan oleh orang-orang seperti Chris Stevens, dan bukan oleh pembunuhnya. Hari ini, kami harus menyatakan bahwa kekerasan dan intoleransi tidak memiliki tempat di antara bangsa kami.”
Dalam pidato tahunannya kepada badan dunia, Obama kembali mengecam video yang dihasilkan oleh ekstrimis Kristen Koptik di Amerika Serikat yang mengatur kekerasan berkobar di seluruh dunia Arab sebagai “tindakan kasar dan menjijikkan.”
Namun dia mengatakan bahwa betapapun kejinya film tersebut, tidak ada hak kebebasan berbicara yang dilindungi oleh Konstitusi AS bisa membenarkan pembunuhan dan kekerasan. (althaf/arrahmah.com)