WASHINGTON (Arrahmah.com) – Orang kedua Al Qaeda, yang dituduh membantu mendalangi pemboman tahun 1998 di dua kedutaan besar AS di Afrika, dibunuh di Iran pada bulan Agustus oleh tim operasional “Israel” yang bertindak atas perintah Amerika Serikat, New York Times melaporkan, mengutip pejabat intelijen.
Abdullah Ahmed Abdullah, yang dipanggil dengan nama samaran Abu Muhammad al-Masri, ditembak hingga meninggal oleh dua pria dengan sepeda motor di jalan-jalan Teheran pada 7 Agustus, NYT melaporkan pada hari Jumat (13/11/2020).
Pembunuhan al Masri, yang dianggap sebagai penerus pemimpin al-Qaeda saat ini, Ayman al-Zawahiri, dirahasiakan sampai sekarang, kata surat kabar itu.
Sementara itu, Reuters melansir bahwa sumber senior keamanan Afghanistan mengatakan pada bulan Oktober bahwa al Masri, yang telah lama berada dalam daftar “Teroris Paling Dicari Biro Investigasi Federal AS”, telah terbunuh di daerah Pasdaran di Teheran.
Tidak jelas peran yang dimiliki Amerika Serikat dalam pembunuhan militan kelahiran Mesir itu, lapor NYT. Otoritas AS telah melacak al Masri dan pelaku al Qaeda lainnya di Iran selama bertahun-tahun, lansirnya.
Al Qaeda belum mengumumkan kematiannya, pejabat Iran telah menutupinya dan tidak ada pemerintah yang secara terbuka mengaku bertanggung jawab, lanjut New York Times.
Iran pada hari Sabtu (14/11) membantah laporan itu, dengan mengatakan tidak ada “teroris” al Qaeda di tanahnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Amerika Serikat dan “Israel” kadang-kadang “mencoba mengikat Iran ke kelompok-kelompok tersebut dengan berbohong dan membocorkan informasi palsu ke media untuk menghindari tanggung jawab atas kegiatan kriminal kelompok ini dan kelompok teroris lainnya di wilayah”.
Administrasi Presiden Donald Trump selalu bertindak dengan “taktik menakut-nakuti terhadap Iran”, kata Khatibzadeh.
Menurut Reuters, seorang pejabat AS, dengan syarat anonim, menolak untuk mengkonfirmasi rincian berita New York Times atau mengatakan apakah ada keterlibatan AS. Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Kantor perdana menteri “Israel” mengatakan tidak mengomentari laporan tersebut.
“Israel” pernah mengatakan di masa lalu bahwa dinas intelijennya telah menembus Iran dalam beberapa tahun terakhir, termasuk mengatakan pada 2018 bahwa mereka telah menyelundupkan arsip yang diduga berisi rahasia nuklir Iran.
Al Masri telah berada dalam “tahanan” Iran sejak 2003 tetapi telah hidup bebas di pinggiran kota kelas atas Teheran sejak 2015, New York Times mengutip pernyataan pejabat intelijen AS yang tidak disebutkan namanya.
Pejabat kontraterorisme AS percaya Iran, selain musuh Al Qaeda yang juga musuh AS, mungkin telah membiarkan dia tinggal di sana untuk melakukan operasi terhadap target AS, tambah NYT.
Laporan pembunuhan al-Masri muncul beberapa minggu setelah pembunuhan dua pemimpin senior al-Qaeda lainnya di Afghanistan oleh pasukan keamanan lokal.
Pada bulan Oktober, pasukan keamanan Afghanistan membunuh Abu Muhsin al-Masri, orang lain dalam daftar teroris FBI, sementara pemerintah Afghanistan bulan ini mengumumkan bahwa mereka telah membunuh seorang lagi komandan senior al Qaeda lainnya. (Althaf/arrahmah.com)