Oleh : Aryo Prasojo, siswa SMA Negeri 66 Jakarta.
(Arrahmah.com) – Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda:
وَإِيَّاكُمْوَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَيَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّىيُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hati-hatilah kalian dari berdusta. Sungguh dusta akan membawa pelakunya menuju perbuatan dosa, sedangkan perbuatan dosa itu akan membawa pelakunya menuju neraka. Dan tiadalah seorang pun yang terus-terusan berdusta dan selalu hendak berdusta selain tentunya ia akan ditetapkan di sisi Alloh sebagai seorang pendusta“.(HR. Muslim no: 2607)
Pada bulan April 2014 M nanti, Indonesia akan menghadapi musim yang sangat penting untuk masa depan bangsa. Eitsss… Bukan PEMILU, tapi musim Ujian Nasional. Dimana Ujian Nasional ini dilaksanakan secara serentak disetiap jenjang pendidikan dengan pelaksanaan secara bertahap disetiap minggunya. Mulai siswa dari SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA se-Indonesia semua sibuk mempersiapkan diri dengan mempersiapkan bekal terbaik untuk menghadapinya.
Ketika dalam masa mempersiapkan diri dengan bekal terbaik inilah terkadang ada saja siswa/i yang meng’halal’kan budaya mencontek atau juga mencari ‘bocoran’ Ujian Nasional agar nilai mereka bisa terselamatkan karena mungkin ketika itu sedang under pressure bahkan depresi karena takut akan momok dari Ujian Nasional. Perlu diketahui sebelumnya bahwa mencontek atau menggunakan ‘bocoran’ adalah salah satu dari perbuatan dusta, dusta terhadap diri sendiri, orang tua, bangsa bahkan agama.
Kenapa tidak boleh mencontek atau menggunakan bocoran ketika Ujian Nasional?
- Mencontek adalah salah satu bentuk kemunafikan
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda :
«آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَاائْتُمِنَ خَانَ ».
“Tanda orang munafik itu ada tiga, bila berbicara dia berdusta, bila berjanji dia ingkar, dan bila diberi amanah dia berkhianat.” (HR Bukhari dan Muslim).
Kawan, mencontek adalah bentuk dari kemunafikan karena mencontek adalah perbuatan dusta yang dilakukan dengan alasan yang tidak syar’i, seperti dalam hadits Rasulullah yang pertama tadi setiap kedustaan adalah dosa, perbuatan dosa membawa pelakunya ke neraka dan Rasulullah pun mempertegas lagi dihadits lain yaitu hadits kedua, dusta adalah salah satu bentuk kemunafikan. Dimana orang-orang munafik kelak pada hari Kiamat akan dimasukkan kedalam neraka jenis terakhir yang paling keras siksaannya. Naudzubillahi min dzalik.
- Mencontek adalah akhlak yang bertolak belakang dengan keimanan
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam pernah ditanya apakah seorang mukmin bisa menjadi seorang pengecut? Rasululloh menjawab, “ya.” Orang itu bertanya lagi, “Apakah ia bisa menjadi orang yang pelit?” Rasulullah menjawab, “ya.” Orang itu bertanya lagi, “Apakah ia bisa menjadi orang pendusta?” Rasulullah menjawab, “tidak”.
Dari riwayat tersebut bisa diketahui kawan, seorang mukmin (orang beriman) terkadang bisa menjadi seorang pengecut bahkan orang yang pelit tapi tidak bisa menjadi seorang yang pendusta karena perbuatan dusta berlawanan dengan keimanan.
- Mencontek adalah perilaku yang membuat hilangnya eksistensi diri
Dalam kaidah ilmu hadits, bila suatu hadits ditelurusi jejak dari Sanadnya dan ditemukan seorang perawi (tidak ada lagi selain dia agar tersambung Sanad hadits hingga ke Rasulullah) yang pernah berdusta. Contohnya, seperti membuat persaksian palsu tentang seorang yang pernah berzina maka hadits yang diriwayatkan tersebut dijatuhi hukum tertolak, meski perawi telah bertaubat, seorang yang ‘alim, kuat hafalannya namun tetap saja hukumnya adalah tertolak, dan tidak bisa masuk kedalam hadits sahih, hasan, maupun dha’if.
Perhatikan kawan, bayangkan saja begitu selektifnya para ‘Ulama hadits dalam menyeleksi perkataan dan perbuatan seorang perawi (periwayat hadits) agar hadits tersebut menjadi sahih, hasan ataupun dha’if. Subhanallah, betapa akhlaqul kariimah adalah hal yang sangat penting dalam ilmu hadits, bukan dilihat dari segi ibadah yang dilakukan perawi saja. Bayangkan dengan seorang yang pernah mencontek atau menggunakan ‘bocoran’ yang merupakan perbuatan dusta, apakah bisa diterima setiap perkataannya?
Mari kawan, kita jauhi budaya mencontek ataupun menggunakan ‘bocoran’ dalam menghadapi Ujian Nasional. Karena sudah cukup kemerosotan moral bangsa yang terlihat sekarang mulai dari banyaknya pejabat yang tertangkap karena kasus korupsi disebabkan oleh tidak terbiasanya dengan berperilaku jujur sejak dini, polisi yang menerima sogokan karena tidak terbiasa dengan perilaku bersyukur sejak dini sampai anggota DPR yang tidur saat rapat Paripurna karena tidak sadar akan amanah yang diberikan kepadanya.
Jika bukan kita yang memperbaiki generasi bangsa ini, siapa lagi?
Jika tidak dimulai dari perilaku jujur sedini mungkin, kapan lagi?
Ingatlah, kata-kata dari Syaikh Dr.Yussuf Qardhawi : “Jika kalian ingin melihat kualitas suatu bangsa, maka lihatlah generasi mudanya”.
Wallohu A’lam bish Showab. (arrahmah.com)