Jakarta (arrahmah.com) – Sejak jum’at sore kemarin, hingga hari ini, Sabtu, 8 Agustus 2009 semua mata tertuju ke layar kaca. Hampir semua stasiun televisi menyiarkan secara langsung, tahap demi tahap, proses penyerbuan segerombolan polisi dan densus 88 terhadap sebuah rumah yang diduga didiami oleh Nur Din M Top.
Setelah sehari semalam (kurang lebih 18 jam), aksi pengintaian dan tembak menembak dilakukan antara polisi dan tim densus 88 kepada seseorang yang diduga Nur Din M Top. Pada pagi harinya penyerbuan dituntaskan. Polisi dan densus 88 meledakkan sekitar 6 sampai 8 bom berdaya ledak rendah hanya untuk menghabisi nyawa seseorang yang berada di dalam rumah tersebut yang diduga Nur Din M Top.
Kini, kabar pun tersiar luas bahwa yang tewas dalam penyerbuan tersebut adalah atau diduga sebagai Nur Din M Top. Sementara itu sejumlah kalangan dan pengamat menyangsikan bahwa yang tewas adalah Nur Din M Top. Beberapa kejanggalan dalam aksi penyerbuan tersebut juga dibeberkan. Betulkah yang tewas itu Nur Din M Top ?
Kematian Nur Din M Top ; Simpang Siur
Sampai berita ini ditulis, kepastian siapa yang tewas dalam penyerbuan di Desa Beji, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah tersebut masih simpang siur. Pihak kepolisian masih menutupinya.
“Wah bukan saya yang berhak mengatakan,” ujar Wakadiv Humas Humas Mabes Brigjen Sulistyo Ishak saat ditanya detikcom apakah korban tewas adalah Noordin M Top, Sabtu (8/8/2009).
Masyarakat hanya melihat dan menyaksikan penyerbuan yang disiarkan secara live oleh beberapa stasiun televisi sejak malam hari, hingga keesokan harinya. Dari televisi dapat terlihat satu jenazah telah dibawa oleh ambulans.Namun tidak jelas, mayat siapa yang sebenarnya berada di dalam ambulans tersebut.
Sangsi dan Janggal Bahwa Itu Nur Din M Top
Sampai saat ini memang belum ada peryataan resmi dari kepolisian terkait dugaan tewasnya Nur Din M Top pasca penyerbuan polisi dan densus 88 di Desa Beji, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah. Beberapa orang bahkan menyangsikan bahwa yang tewas itu adalah Nur Din M Top.
Ciri-ciri pria yang ditemukan tewas di dalam rumah tersebut memang sulit untuk dikatakan sebagai Nur Din M Top. Informasi umum yang diketahui tentang Nur Din M Top adalah beliau selalu memakai rompi yang dililit bom syahid, dan hal itu tidak ditemukan polisi pada mayat yang diketemukan.
Selain itu, sebagaimana lazimnya, Nur Din M Top dikenal pantang menyerah, dan tidak mungkin mengemis-ngemis untuk dikasihani. Sebagaimana dilaporkan beberapa stasiun televisi, termasuk TV One, bahwa yang dikepung Densus 88 tersebut mengaku diri sebagai Noordin M Top. Seorang Nur Din M Top(jikalau benar) pasti akan mencari kematian (syahid) yang menjadi dambaannya yang dengan itu dia pasti akan melawan habis-habisan.
“Nama saya Noordin M Top…,” kata Noordin seperti ditirukan reporter TV One, setelah polisi anti teror dari Datasemen Khusus 88 menghimbau orang di dalam rumah untuk menyerah dan meminta mengungkapkan jati dirinya. Tentu ini sebuah kejanggalan yang nyata. Kalau benar itu Nurdin M Top, sebagaimana lazimnya, tentu dia tidak perlu menginformasikan kepada petugas akan jati dirinya tersebut, dan pasti dia akan melawan hingga tetes darah yang terakhir, atau bahkan meledakkan bom rompi yang melilit di badannya.
Lamanya penyerbuan (memakan waktu kurang lebih 18 jam) juga menjadi tanda tanya tersendiri. Mengapa hanya untuk seseorang yang berada di dalam rumah tersebut polisi dan densus 88 begitu lama melakukan pengepungan. Steril dan tertutupnya lokasi juga menjadi tanda Tanya tersendiri.
Diledakkannya sekitar 6 hingga 8 bahan peledak di dalam rumah tersebut juga janggal. Bukankah secara logika jika itu memang diduga sebagai rumah persembunyian Nur Din M Top, yang selalu dikelilingi bahan peledak, maka akan sangat membahayakan jika diledakkan bom di sana, meski pun hanya peledak berdaya rendah.
Dengan beberapa hal tersebut dan dengan belum adanya rilis resmi serta bukti-bukti outentik yang memastikan jasad mayat yang tewas di Temanggung itu adalah Nur Din M Top, maka siapa pun bisa berspekulasi dan berpendapat tentang siapa yang tewas sebenarnya. Pastinya, apapun bisa terjadi dan siapapun pasti akan menemui kematiannya.
Jika Itu Benar Nur Din M Top
Bagi seorang Muslim, apalagi bagi para mujahidin, kematian atau syahid di jalan Allah SWT., adalah dambaan tertinggi mereka. Bagi mereka, syahidnya seorang mujahid adalah kemenangan dan sebuah kemuliaan bagi ummat Islam.
Kematian seorang mujahid adalah bagian dari kehidupan mereka dan “hanya meninggikan intensitas untuk melanjutkan jihad untuk meninggikan kalimat Allah” Banyak para mujahid telah syahid dan berlalu sebelumnya, dan itu tidak berdampak apapun bagi seorang Muslim, selain meningkatkan tekad dan kemauan untuk mengorbankan kehidupan mereka hanya untuk Islam
“Jika kamu mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun mendapat luka yang serupa…” (QS Ali Imran, 3: 140),
Wallahu’alam bis Showab!
(M.Fachry/POJ/arrahmah.com)