Menurutnya, senjata nuklir Israel merupakan ancaman terbesar bagi keamanan jangka pendek dan menengah di kawasan Timur Tengah (Timteng). Muqrin melontarkan peringatan terbuka itu tidak lama setelah PM Israel Ehud Olmert mendesak masyarakat internasional agar menerapkan langkah drastis atas termasuk mendukung diambinya kekuatan militer untuk menghentikan program nuklir Iran.
“Israel pantas bertanggung jawab karena mendorong negara-negara lain di Timteng untuk membuat senjata pemusnah massal (weapons of mass destruction/WMD). Bahkan negara-negara yang moderat yang semula menerapkan kebijakan bebas dari WMD, akhirnya membangun program nuklir secara diam-diam atau terang-terangan,” kata Muqrin kepada Arab News.
Mengerucutnya perhatian dunia kepada kepemilikan senjata nuklir Israel mulai mencuat ketika Menhan AS yang baru, Robert Gates sempat menyebut negara Yahudi itu sebagai ‘salah satu kekuatan nuklir yang mencemaskan’, dalam pidatonya di depan Senat AS pekan lalu. Israel memiliki 200 hulu ledak nuklir dan menjadi satu-satunya negara nuklir Timteng, namun bungkam ketika ditanya kepemilikan WMD itu.
“Pembangunan program senajta nuklir itu dilakukan negara-negara di Timteng untuk membela kepentingan dan menciptakan keseimbangan militer,” tambah Muqrin dalam KTT Keamanan Regional III International Institute for Strategic Studies (IISS) atau Manama Dialogue.
Muqrin menghubungkan ketegangan di Timteng sebagai imbas konflik Arab-Israel, dan menyerukan para pemain utama dunia seperti AS agar berperan secara obyektif untuk menjamin perdamaian.
“Situasi di Iraq yang mengarah pada perang saudara dan memancing aksi terorisme, merupakan ancaman terhadap keamanan Timteng,” jelasnya. “Ironisnya keberadaan pasukan asing di Iraq menambah instabilitas, dan Arab Saudi tidak berharap pasukan AS ditarik keluar.”
Manama Dialogue yang dibentuk hanya dua hari setelah munculnya laporan dari Kelompok Kajian Iraq (ISG), dihadiri 200 delegasi dari 20 negara termasuk AS, Iraq dan Iran. Namun tahun ini peserta KTT ini bertambah dengan hadirnya delegasi dari Turki, Tiongkok, India dan Jepang. Sebelum menjadi Manama Dialogue, forum ini digagas ISS London tahun 1985 untuk membahas kerjasama internasional dalam menghadapi ancaman nuklir.
“Yang membuat KTT ini sangat penting adalah karena bisa menyatukan pandangan dari berbagai negara namun juga menjembatani kepentingan beberapa negara kuat di Timteng yang punya kepentingan di dunia,” kata Direktur Eksekutif IISS asal AS, Adam Ward.
Tuduhan Israel
Sementara kepada harian Der Spiegel Jerman, Olmert mempertanyakan keengganan dunia internasional untuk bertindak tegas terhadap pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran. “Israel menanti diambilnya tindakan lebih drastis,” tegas Olmert.
Olmert tetap pada sikapnya bahwa program nuklir Iran bertujuan membuat senjata nuklir yang diklaimnya ‘membahayakan keamanan Timteng’. Tetapi penegasan itu muncul bersamaan dibuatnya tiga opsi dari Presiden AS George W Bush untuk menerapkan strategi baru mengamankan Iraq, namun belum sejalan dengan rekomendasi ISG dan terkesan ‘melupakan’ Israel yang selama ini bergantung AS untuk melindungi program nuklirnya.
Di saat bersamaan, anggota badan intelijen Israel, Yossi Beidetz juga menuduh Suriah mempersiapkan perang karena meningkatkan produksi rudal dan menempatkan persenjataan anti-tank sepanjang perbatasan Israel. “Suriah menempatkan persenjataan di perbatasan Golan, dan mencoba mengambil pengalaman dari konflik Israel-Hizbullah lalu,” kata Beidetz. [afp/sy/cha/hidayatullah.com]