JAKARTA (Arrahmah.com) – PBNU menggelar masail diniyah yang merupakan penelitian atau pembahasan masalah-masalah keagamaan. Nantinya, mereka akan mengkritisi peraturan-peraturan yang dinilai tidak pro rakyat. Hasilnya akan disampaikan ke pemerintah.
“Idealisme NU berangkat dari hari ini. Kami merindukan kembali ke pesantren, bagaimana khazanah keilmuan, hukum, di lingkungan pesantren,” ujar Ketua PBNU, Mochamad Maksum, di Hotel Santika, Jl KS Tubun, Slipi, Jakarta Barat, Kemarin Rabu (8/8).
Tujuan pertemuan, ujar Maksum adalah mengerucutkan isu-isu yang sebelumnya telah diangkat di forum discussion group di beberapa daerah di Indonesia. Selanjutnya hasilnya akan dibahas di munas yang digelar di Cirebon pada 14-18 September.
“Nanti menjadi rekomendasi untuk dipertimbangkan pemerintah,” sambung Maksum.
Dalam acara yang dihadiri sekitar 20 orang pengurus bahtsul masail, terdapat 3 hal yang dibahas. Hal-hal tersebut yaitu:
1. Mauduiyah yang berkenaan dengan rujukan dasar.
Isu yang diangkat: konsep negara, hukum bentuk negara, kekayaan negara, pengalihan kekayaan negara, dan warga negara.
2. Qanuniyah yang berkaitan dengan perundang-undangan.
Misalnya: UU BI, UU Penanaman Modal Asing, UU Air, UU Migas dan UUD 1945 (2002).
3. Waqi’iyah lebih ke isu-isu khusus (aktual).
Isu yang diangkat: Hukum pilkada langsung, hukum pajak, hukum anak di luar nikah, hukum ekonomi rakyat, dan hukum pematokan keuntungan saham BUMN.
Dalam kesempatan itu, NU juga membahas persoalan kenegaraan, yang salah satunya adalah Pemilukada.
Di sela-sela forum bahtsul masail, Ketua PBNU Maksoem Mahfoedz menjelaskan, hukum pemilukada langsung menjadi salah satu yang mendesak untuk dibahas karena didasari adanya sejumlah mudarat pada sistem politik tersebut.
“Sudah sejak lama NU menyoroti permasalahan pemilukada langsung. Salah satunya pemenang pemilukada yang ditentukan dengan konsep dasar amplop, seperti di pemilukada langsung, apakah itu bisa dibenarkan atau tidak sesuai dengan hukum Islam ala NU,” katanya.
Hadir dalam bahtsul masail antara lain sejumlah rais syuriyah PBNU, seperti KH Masdar Farid Mas’udi, KH Afifudin Muhajir, dan KH Mujib Qolyubi. Hadir juga Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU KH Arwani Faishal. (bilal/dbs/arrahmah.com)