KABUL (Arrahmah.id) — Sedikitnya empat aparat kemanan Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) tewas dan tiga lainnya terluka dalam serangan di bandara internasional Kabul pada Senin (26/2/2024). Serangan itu dilakukan oleh National Resistance Front (NRF) atau Front Perlawanan Nasional Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Massoud.
Diketahui, NRF dan kelompok lain, Front Kebebasan Afghanistan adalah mantan personel keamanan dari pemerintahan sebelumnya yang didukung Barat.
“Milisi NRF menargetkan angkatan udara pejuang IIA yang ditempatkan di bagian militer bandara Kabul dengan serangan rudal, mengakibatkan 4 pejuang Taliban tewas dan 3 lainnya terluka,” kata NRF dalam sebuah pernyataan, dikutip dari The Independent (28/2).
“Serangan ini dilakukan pada pukul 18.40 pada Senin, 26 Februari 2024, dengan penembakan 3 rudal ke markas pejuang dan helikopter militer,” terangnya di media sosial X.
Tetapi juru bicara IIA untuk kepolisian Kabul membantah adanya serangan di bandara tersebut tanpa memberikan bukti apa pun.
“Klaim palsu mengenai serangan rudal di Bandara Internasional Kabul tidaklah benar. Alhamdulillah tidak ada insiden keamanan di Kabul,” kata juru bicara Khalid Zadran.
Front Perlawanan adalah kelompok milisi terkemuka yang melawan IIA dan dipandang sebagai salah satu lawan utama IIA.
Pemimpin NRF Ahmad Massoud membenarkan upaya untuk meningkatkan serangan terhadap IIA kepada The Independent.
“Saya pasti tidak akan memberi tahu Anda apa yang dilakukan pasukan saya saat ini, atau apa yang akan dilihat dunia dalam beberapa hari mendatang,” ungkap dia.
“Tapi anggap saja NRF membela rakyat Afghanistan, memberi mereka kesempatan berjuang dan harapan untuk membela diri,” imbuhnya.
Sementara seorang ajudannya mengatakan NRF telah membunuh ratusan aparat keamanan IIA sejak Agustus 2021. Bahkan perang terus dilancarkan meskipun kepentingan komunitas internasional telah beralih ke konflik di tempat lain, seperti perang yang terjadi di Ukraina dan Gaza.
“Kami merencanakan 15 hingga 20 operasi militer per bulan di wilayah yang diduduki IIA, dan dalam setiap operasi tersebut, kami mampu membunuh tiga hingga delapan teroris mereka,” jelas ajudan tersebut kepada The Independent.
Usai IIA mengambil alih sebagian besar Afghanistan, NRF mundur ke lembah pegunungan dan terpencil di Provinsi Panjshir setelah pengambilalihan tersebut. Jadi, Panjshir menjadi provinsi terakhir yang masih bertahan ketika IIA menyapu Afghanistan. (hanoum/arrahmah.id)