BEIRUT (Arrahmah.com) – November adalah bulan paling berdarah bagi para jurnalis di Suriah sejak dimulainya revolusi, 13 wartawan dan citizen journalis tewas di tengah-tengah konflik, Asosiasi Jurnalis (SJA) pro-revolusi Suriah mengumumkannya pada Jum’at (30/11/2012).
Menurut SJA, para jurnalis dan pekerja media juga menjadi target oleh orang-orang bersenjata dari kedua pihak yang berperang.
“Ini jelas dan indikasi serius bahwa para jurnalis dan pekerja media menjadi target oleh pasukan rezim dan juga tiga tewas di tangan oposisi bersenjata,” klaim SJA, dikutip AFP.
SJA mengatakan bahwa 100 jurnalis dan para aktivis media telah tewas di Suriah sejak meletusnya revolusi negara itu.
Sementara Reporters Without Borders mengatakan bahwa setidaknya 15 jurnalis dan 41 citizen jurnalis telah tewas ketika sedang bertugas sejak konflik Suriah dimulai.
Namun, sudah menjadi rahasia umum bahwa di setiap perang pasti di sana ada juga ada perang media. Di Suriah pun, banyak pihak memiliki kepentingan tersendiri terkait pemberitaan konflik yang terjadi. Sebagian adalah jurnalis pro-revolusi Suriah dan sebagian lainnya adalah jurnalis pro-rezim Assad, baik atas dorongan keyakinan ataupun “kepentingan.”
Di sisi lain, para Mujahidin dan aktivis revolusi Suriah dengan segala keterbatasan mereka turut terlibat langsung dalam penyebaran berita, sebab mereka memahami bahwa banyak media yang bekerja untuk mengacaukan opini publik terkait perang di Suriah. (siraaj/arrahmah.com)